Pages

SELINGKUP PENDIDIKAN | PROF. DR. SUHERLI

11 Januari, 2013

BAHASA INDONESIA GURU

Oleh Suherli Kusmana Guru merupakan pelaku utama pewarisan nilai-nilai luhur bangsa, selain tentu beberapa orangtua yang memahami proses pendidikan di dalam rumah tangga. Guru menjadi tumpuan banyak pihak untuk mendidik bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat, termasuk dalam berbahasa. Dalam Ujian Nasional tahun 2011 diketahui bahwa nilai Pelajaran Bahasa Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan nilai mata pelajaran lain. Berbagai ahli menyoroti sistem pembelajaran yang dilakukan guru, materi pembelajaran yang tidak sesuai dengan ujian, bahkan ada yang menyoroti validitas soal Ujian Nasional Pelajaran Bahasa Indonesia. Namun, ada satu hal yang menarik untuk dicermati yaitu penggunaan Bahasa Indonesia guru, baik oleh guru bahasa Indonesia maupun guru mata pelajaran lain. Selama ini ada anggapan yang salah bahwa hanya guru bahasa Indonesia yang perlu memerhatikan bahasa Indonesia dalam pembelajaran. Bahasa Indonesia adalah bahasa untuk berkomunikasi resmi pendidikan. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan berkomunikasi resmi, sehingga bahasa Indonesia patut dipilih guru untuk berkomunikasi keilmuan secara benar. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan bahasa Inggris pada sekolah RSBI merupakan implementasi salah dalam memahami makna Standar Internasional. Dalam Undang-undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara pasal 29 dinyatakan bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar pendidikan. Bahasa asing dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa asing tersebut, sekolah asing atau sekolah khusus bagi orang asing. Oleh karena itu, guru harus menggunakan bahasa Indonesia dalam pembelajaran secara benar agar proses penyampaian ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni tersampaikan kepada peserta didik. Penggunaan bahasa Indonesia oleh guru dalam pembelajaran harus baik. Hal ini karena komunikasi guru merupakan komunikasi keteladanan bagi murid dan komunikasi resmi pembelajaran. Namun, tidak sedikit guru yang sering mencampur bahasa pengantar pembelajaran dengan bahasa daerah atau bahasa asing. Sepatutnya, penggunaan bahasa daerah dilakukan di luar komunikasi keilmuan atau dapat dilakukian dalam pembelajaran bahasa daerah atau bahasa asing tersebut. Bahasa Indonesia yang digunakan guru akan menjadi contoh penggunaan bahasa oleh peserta didik. Banyak peserta didik yang mengidolakan guru sehingga bahasanya pun sering secara tidak sadar diikuti oleh para muridnya. Oleh karena itu, sangat tepat jika setiap guru menggunakan Bahasa Indonesia dalam pembelajarannya dengan benar. Menurut ahli psikolinguistik bahwa berbahasa adalah berpikir. Penggunaan bahasa dengan benar akan memberi karakter pada berpikir seseorang secara benar. Penggunaan bahasa Indonesia secara benar merupakan jati diri seseorang yang berpihak pada sesuatu kebenaran. Jati diri itu tampak dalam kepatuhan menggunakan aturan secara benar, bahkan melakukan upaya-upaya untuk mengetahui penggunaan bahasa Indonesia secara benar. Keberpihakan pada yang benar ini akan merasuk dalam pribadi seorang guru sehingga ia akan selalu menjadi orang yang “digugu dan ditiru”. Guru akan berpihak pada kebenaran dan dalam pembelajarannya pun ia akan memberikan contoh kepada peserta didik segala hal yang benar dan segala yang baik, termasuk pula dalam menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah. Guru yang menggunakan bahasa Indonesia dengan benar dalam proses pendidikan akan meminimalisasi kesalahan siswa dalam memahami materi pelajaran. Pesan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta karakter bangsa yang diidamkan disampaikan guru dengan menggunakan bahasa Indonesia yang benar maka akan mudah terinternalisasi pada diri siswa. Guru harus membiasakan menggunakan dan memilih kosakata bermakna damai, tenang, bersahabat dan harus menghindari penggunaan kosakata merusak, menghancurkan, anarkistis dalam pembelajaran. Pilihan kata-kata dalam pembelajaran ini akan dapat membentuk karakter peserta didik untuk memiliki kepribadian bangsa Indonesia yang diidamkan. Mungkin, saatnyalah guru harus lebih cermat lagi dalam menggunakan bahasa Indoesia agar kualitas pendidikan kita lebih baik. Amin.
BAHASA INDONESIA TEKNOLOGI Oleh: Suherli Kusmana Bangsa Indonesia patut bersyukur karena para pendiri negeri ini diberi kemampuan untuk memikirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang beraneka ragam suku bangsa, budaya, bahasa, dan tanah air yang dipisahkan lautan dapat disatukan melalui “Bhineka Tunggal Ika”. Para pemuda yang tergabung dalam organisasi kepemudaan pada 28 Oktober 1928 telah bersumpah “Bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu yaitu “Indonesia”. Tanah air dan bangsa yang disebut “Indonesia” adalah gabungan dari tanah dan air serta gabungan dari bangsa-bangsa yang ada, sedangkan bahasa akan menjadi sulit jika gabungan dari bahasa-bahasa yang ada. Pada saat itu disepakati yang dimaksud bahasa Indonesia adalah “bahasa Melayu” karena bahasa ini telah banyak digunakan untuk berkomunikasi dalam perniagaan antarabangsa pada saat itu. Namun, seiring dengan perkembangan bangsa ini, bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu itu sudah sangat jauh berbeda dengan bahasa asalnya. Bahasa Indonesia telah menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sekalipun perkembangannya tidak sepesat teknologi. Pada dasarnya bahasa sangat bergantung pada sikap pemakainya. Pusat Pembinaaan dan Pengembangan Bahasa tidak akan mampu membina bahasa Indonesia jika pemakainya mengabaikan pembinaan tersebut, misalnya dalam hal pemilihan kata yang asli dari bahasa Indonesia. Untuk menggantikan kata efektif dengan kata sangkil dan efisien dengan kata mangkus tidak populer karena kata efektif dan efisien sudah banyak pemakainya dan kosakata tersebut sudah mengalami penyesuaian dengan fonologi bahasa Indonesia. Namun demikian, khusus untuk kata-kata yang berasal dari perkembangan teknologi memang harus diupayakan penggunaannya oleh pemakai bahasa, misalnya “microphone” atau sering disebut “mic” dengan kata “pelantang”. Kata overhead projector harus biasa diganti dengan kata “penayang pandang”. Kata downloud dengan kata “unduh”, uploud dengan kata “unggah”, dan kata “on line” dengan kata “daring”. Kesadaran untuk menggunakan bahasa Indonesia dalam penggunaan kata istilah teknologi ini merupakan sikap sayang pemakai bahasa pada bahasanya, serta bentuk sikap nasionalisme bangsa dalam berbahasa. Semakin banyak pengguna bahasa memilih bahasa Indonesia untuk menggantikan kosakata istilah teknologi ini maka akan mendewasakan bahasa Indonesia sehingga di masa yang akan datang bahasa Indonesia akan menjadi bahasa yang menyesuaikan dengan perkembangan teknologi yang dimulai dari kawasan Asia Tenggara. Tentu saja, hal ini sangat bergantung pada peran bangsa Indonesia dalam membina dan membiasakan memilih kosakata bahasa Indonesia. Wartawan televisi, surat kabar, radio, dan elektronik merupakan garda terdepan dan menjadi contoh dalam pemasyarakatan penggunaan Bahasa Indonesia. Pengenalan kosakata teknologi melalui penggunaan kata tersebut dalam pemberitaan akan sangat membantu perkembangan bahasa Indonesia. Semakin sering kosakata teknologi dalam bahasa Indonesia digunakan sebagai media pemberitaan maka akan semakin termasyarakatkan kosakata tersebut dan semakin banyak pengguna kosakata tersebut. Para pendidik, dosen, guru, instruktur, widyaiswara, pemateri, ustad dan profesi sejenis harus biasa memberi contoh pemilihan kosakata bahasa Indonesia termasuk bahasa teknologi. Pembiasaan menggunakan bahasa Indonesia teknologi dapat diperkenalkan ketika sedang memaparkan materi ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembelajaran atau sedang memberi pembelajaran. Penggunaan secara lisan atau tulisan dalam pemaparan materi merupakan upaya pemasyarakatan penggunaan bahasa Indonesia teknologi. Sejalan dengan profesi ini, Pejabat pemerintahan, baik sipil maupun militer, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, serta tokoh agama sangat berkonstribusi pula pada pembinaan bahasa Indonesia teknologi. Oleh karena ketokohan mereka ini maka pembahasa akan merasakan bahwa penggunaan kosakata baru telah mendapat contoh dari tokoh yang dihormati atau dipujanya. Semua profesi selayaknya turut berkonstribusi pada pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Semakin banyak pemakai bahasa menggunakan kosakata teknologi dalam bahasa Indonesia maka semakin berubah fungsi bahasa Indonesia, bukan hanya untuk berkomunikasi namun sebagai bahasa teknologi. Mudah-mudahan karena jumlah pengguna teknologi sangat banyak maka bahasa Indonesia akan menjadi pilihan layanan komunikasi dalam pemasaran teknologi. Semoga.