PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEKS PUISI UNTUK SMA
BERDASARKAN PROSES KREATIF
Penelitian
ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan kualitas hasil pembelajaran bahasa
Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA), khususnya topik teks puisi yang masih rendah. Hasil penelitian
ini dimaksudkan untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan kualitas penerapan
Kurikulum 2013 pada jenjang SMA. Kelemahan penerapan Kurikulum 2013 adalah
keterbatasan bahan ajar, di antaranya bahan ajar Teks Puisi. Pembelajaran
materi ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan gagasannya melalui bahasa yang indah, berirama, memiliki
nilai-nilai kesastraan namun tidak menyinggung perasaan pihak lain. Metode
digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian dan pengembangan dengan nara sumber pengembangan model dipilih lima
orang sastrawan yang produktif dalam menghasilkan teks puisi. Selanjutnya,
dalam melakukan ujicoba bahan ajar yang dikembangkan itu dipilih siswa SMA Negeri 1 Manonjaya Tasikmalaya. Bahan ajar yang
dikembangkan berdasarkan proses kreatif penyair dalam menghasilkan karya sastra
teks puisi dipadukan dengan susunan kompetensi dasar berdasarkan kurikulum
dengan penyajian secara ilmiah. Bahan ajar hasil pengembangan yang dievaluasi
berdasarkan kriteria isi, penyajian, bahasa, dan grafika oleh akademisi dan
praktisi memenuhi kriteria kelayakan sebagai bahan ajar di SMA. Berdasarkan
ujicoba penerapan bahan ajar ditemukan bahwa bahan ajar tersebut mampu
mendorong siswa menghasilkan teks puisi bermutu. Pembelajaran Bahasa Indonesia
pun berlangsung efektif dalam mencapai tujuan.
Kata Kunci: bahan ajar teks puisi, proses kreatif
1.
Pendahuluan
Pengembangan bahan ajar teks puisi di SMA sangat penting karena pada usia
remaja seperti mereka, kemampuan mengungkapkan gagasan, pemikiran, dan perasaan
diarahkan pada pengembangan kreativitas. Kompetensi yang dikembangkan
sebagaimana diamanatkan dalam kurikulum adalah mengenal, menelaah, dan
menghasilkan teks puisi. Capaian pembelajaran dengan materi teks puisi adalah
menghasilkan karya berupa teks puisi. Namun, masih banyak ditemukan karya puisi
yang dibuat siswa merupakan karya plagiat, karya yang kurang dalam, karya yang
dapat menyinggung pihak lain. Siswa SMA harus dapat menghindari kegiatan
berpuisi yang tidak mencerminkan sikap seorang pelajar yang menitipkan pesan
moral kepada pembacanya melalui puisi. Oleh karena itu diperlukan bahan ajar
yang baik dan relevan serta sesuai dengan perkembangan masyarakat saat ini.
Pengembangan bahan ajar yang relatif baru sedang banyak dilakukan (Brian,
2012:143; Du Toit, 2014: 25) termasuk yang digali dari lapangan dan lingkungan.
Penyair adalah penulis puisi yang karya-karyanya telah diterima sebagai
karya seni sastra yang unggul. Para penyair menulis puisi dengan menerapkan
proses kreatif dan imajinatif, dengan berbekal pemahaman tentang suatu karya.
Bahan ajar yang digali dan dikembangkan dari proses kreatif yang dilakukan
penyair dalam melakukan proses kreatif akan dapat
menantang dan mendorong para siswa SMA untuk mengembangkan kemampuan menuangkan
gagasan, perasaan, dan pikirannya secara baik.Bahan ajar teks puisi yang
disajikan berdasarkan proses kreatif (Du Toit, 2014: 25; Vass, 2001: 102) belum
tersedia sehingga hasil kajian ini akan sangat bermanfaat, baik bagi
pengembangan keilmuan maupun bagi pembelajaran Teks Puisi di SMA. Penelitian
ini dimulai dari studi tentang kebutuhan bahan ajar di SMA kemudianstudi deskriptif tentang proses kreatif yang
dilakukan penyair. Dengan mengunakan hasil kajian tentang konsep Kurikulum
2013, hasil studi kebutuhan bahan ajar, dan hasil studi proses kreatif penyair
maka dikembangkan purwarupa (prototype) bahan ajar Teks Puisi berdasarkan proses kreatif. Purwarupa yang sudah disusun
selanjutnya divalidasi ahli dan praktisi, kemudian dilakukan revisi dan
terakhir dilakukan uji coba. Kegiatan ujicoba
dilakukan dalam bentuk pembelajaran kepada siswa SMA sesuai dengan materi bahan
ajar yang seharusnya mereka pelajari.
2.
Kajian Referensi
a.
Bahan Ajar
Bahan ajar adalah
bahan-bahan yang digunakan peserta didik untuk dapat belajar. Bahan ajar
merupakan seperangkat informasi yang harus diserap peserta didik melalui
pembelajaran yang menyenangkan (Iskandarwassid dan Sunendar, 2011:171). Hal ini
berarti bahwa dalam menyusun bahan ajar diharapkan siswa benar-benar merasakan
manfaat bahan ajar atau materi itu setelah ia mempelajarinya. Dengan demikian, bahan
ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi
pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain
secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan,
yaitu mencapai kompetensi dan subkompetensi dengan segala kompleksitasnya
(Lestari, 2013: 1).
Bahan ajar harus
memudahkan siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran,
mampu memenuhi kebutuhan siswa, informasi disajikan untuk dipelajari oleh siswa
yang berisikan semua materi atau teori pelajaran, bersifat lengkap, sehingga
memungkinkan siswa tidak perlu lagi
mencari sumber bahan
lain, mengikuti perkembangan teknologi, dan memudahkan penggunanya
ketika hendak memakainya (Jannice, 2009:33; Hapsari, 2016: 22). Bahan ajar merupakan salah satu bagian
terpenting dalam proses pembelajaran karena ada sejumlah informasi, instruksi,
proses, dan evaluasi yang mendukung kegiatan pembelajaran (Nag et. al., 2018;
Hamdani, 2011; Kusmana et.al.2019) untuk mencapai tujuan. Oleh
karena itu, setiap materi, baik instruksi maupun paparan informasi;
penyajian; penggunaan bahasa; dan
grafika penulisannya bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya. Bahan
ajar yang baik bukan hanya berisi ilmu pengetahuan, tetapi dikembangkan dengan
cara yang berkualitas dan menggunakan landasan teoretis. Untuk itu, agar dapat
menghasilkan bahan ajar yang mampu menjalankan fungsi dan perannya dalam
pembelajaran yang efektif, bahan ajar perlu dirancang dan dikembangkan dengan
menggunakan pendekatan mutakhir.
Pengembangan
bahan ajar terbaru menggunakan pendekatan Content and Language Integrated
Learning atau CLIL
(Doiz, 2014: 209-224), dengan tahapan: (1) membangun konteks, (2) menelaah
model/contoh; (3) menkonstruksi terbimbing; dan (4) mengkonstruksi mandiri melalui prosedur ilmiah (scientific) melalui
pola 5M yang terdiri atas: mengamati, mempertanyakan, mengumpulkan informasi,
menalar, dan mengomunikasikan (Kusmana, 2016:9; Yani, 2014: 110).Berdasarkan
CLIL maka bahan ajar yang digunakan untuk mengembangkan kompetensi siswa dalam menghasilkan
teks puisi dapat dikembangkan dari menelaah proses yang dilakukan oleh penyair
dalam menghasilkan puisi.
b.
Teks Puisi
Teks puisi
merupakan salah satu bahan ajar yang dapat digunakan guru untuk mengembangkan
kompetensi dasar siswa. Teks puisi merupakan salah satu luaran hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Puisi menurut Waluyo
(2003:1) adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan
diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif).
Puisi merupakan bentuk karya yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair
secara imajinatif dan kontemplatif (Setiawan, 2017; Taisin, 2014). Puisi dapat mewakili
pikiran dan perasaan penulis yang diungkapkan melalui balutan bahasa terbentuk
struktur fisik dan batin penulis lewat bahasa tertentu. Suminto A. Sayuti
(2008:3) menyatakan bahwa puisi adalah bentuk ekspresi bahasa yang
memperhitungkan aspek bunyi di dalamnya, yang mengekspresikan pengalaman
imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang diambil dari kehidupan
individu dan sosialnya dan diungkapkan
dengan pilihan teknik tertentu, sehingga dapat membangkitkan pengalaman
tertentu bagi
pembaca atau audiens. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa
puisi diciptakan oleh seorang penyair untuk menyampaikan suatu pesan pada
pembaca baik secara tersirat maupun tersurat untuk memenuhi kepuasan batin
seorang penulis puisi atau penyair. Dalam bahasa Melayu dahulu hanya dikenal
satu istilah yaitu “sajak” yang berarti poezie ataupun gedicht.Poezie
(puisi) adalah jenis sastra yang
berpasangan dengan istilah prosa. Suryaman (2005:20) menyatakan bahwa puisi
merupakan karya emosi, imajinasi, pemikiran,ide, nada, irama, kesan panca
indera, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang
bercampurbaur dengan memperhatikan pembaca.Jadi puisi merupakan pengungkapan
isi hati seseorang baik itu sedih, senang, dan gembira dan puisi itu harus
menggunakan kata kata kiasan agar puisi tersebut menarik dan pembaca seolah
olah merasakan sendiri apa yang terjadi dalam isi puisi tersebut.Adapun menurut
Pradopo (2012: 7), puisi merupakan ekspresi pemikiran yang membangkitkan
perasaan yang merangsang, imajinasi panca indera dalam susunan kata yang
berirama. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang
penting, kemudian digubah ke dalam wujud yang paling berkesan.Pendapat lain
dikemukakan oleh Warsidi (2009:22) yang menyatakan puisi sebagai cipta sastra merupakan
perwujudan berbagai pengalaman penyair yang diungkapkan dengan tulus, apa
adanya, sungguh-sungguh, dan sarat imaijinasi (daya bayang) dengan bahasa yang
khas pada ketulusan, kesungguhan, kekayaan imajinasi, dan bahasa yang khas pula
mengakibatkan beragam pengalaman yang diungkapkan menjadi hidup serta memikat
hati.
c.
Proses Kreatif
Proses
kreatif merupakan tahap-tahap dihasilkan suatu karya bermutu dan memiliki
perbedaan dengan karya yang lain. Karya yang dihasilkan memerlukan waktu dan
tahapan dalam pengerjaannya sehingga menjadi karya kreatif. Proses kreatif
mengacu pada urutan pemikiran dan tindakan yang mengarah pada produk kreatif
(Lumbart, 1994). Teks puisi merupakan salah satu produk kreatif, karena dalam
proses penciptaannya tidak dapat dilakukan secara serta merta tanpa suatu
proses. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Noor (2012: 230-232) bahwa
seorang penyair tidak pernah berangkat dan ruang kosong atan kekosongan semata
dalam menciptakan puisi.
Dalam
menghasilkan karya kreatif, seorang penyair melakukan proses kontemplasi dengan
cara menghubungkan pengalaman dan pemikiran dirinya sebagai suatu realita
dengan ungkapan yang juga dapat dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain,
sekalipun berbeda. Dengan demikian, semua pengalamanan yang terjadi kepada penyair,
baik rohani maupun jasmani akandapat dilukiskan secara visual melalui kata-kata
kreatif. Sebagai sebuah karya kreatif, puisi memiliki ciri yang mencerminkan
kreativitas penyair dalam melakukan proses kreatif (Anindita et.all., 2017; Nag
et.al.: 2018; Kusmana, et.al. 2019).
Kreativitas penyair ini merupakan suatu proses internalisasi realitas yang
dihadapi atau dialami dengan pengungkapan kepada pembaca. Dengan demikian,
puisi yang baik merupakan hasil dari proses kreatifyang mengambarkan pemikiran
dan perasaan seorang penyair dalam memaknai realita menjadi suatu karya yang
dapat dibaca pihak lain.Lingkungan dan suasana memegang peranan penting
dalam proses seorang penyair
dalam menciptakan puisi(Noor,2012:262-266; Setiawan, 2017: 88-99)
menyatakan bahwa. Sekalipun dalam mendapatkan gagasan itu darimana dan kapan saja,
namun untuk menuliskannya menjadi karya kreatif memerlukan suasana yang khusus.
Dalam
teks puisi terdapat sesuatu yang dapat tergambarkan, baik secara tersurat
maupun tersirat. Gambaran tersebut tidak hanya menghadirkan suasana, tetapi
juga melukiskan warna, cuaca, suara, dan bahkan bau.Sudut pandang dalam
melihat, menafsirkan, dan menggambarkan sesuatu merupakanaspek yang berhubungan
dengan persepsi dan juga subjektivitas seorang penyair. Segala yang berhubungan
dengan fenomena alam merupakan metafor yang dapat digunakan dalam mengungkapkan
pengalaman jiwa ke dalam kata-kata puitik. Karya puisimerupakan karya rekaan karena
peristiwa yang dialami penyair berada dalam kata-kata dan tidak lagi berada di
dalam kehidupan sehari-hari(Damono, 2012: 265-266; Setiawan, 2017). Oleb sebab itu, karya
sastra berupa puisi tidak bisa ditakar dengan ukuran yang biasa dikenakan pada
kehidupan sehari-hari. Karya kreatif puisi dapat dipahami secara akal karena tertuang
dalam bentuk kata-kata, namun akan menjadi tidak masuk akal jika dikembalikan
pada kehidupan nyata. Karya kreatif tersebut menggunakan pencitraan untuk
melambangkan kenyataan ke dalam bentuk kata-kata puitis dan dapat dinikmati
pembacanya. Puisi sebagai karya kreatif yang memiliki nilai kreativitas itu
dihasilkan oleh seorang penyair sebagai suatu proses kreatif.
3.
Metode
Penelitian
ini menggunakan metode penelitian Research and Development (R&D)
sebagaimana yang dikembangkan Borg & Gall (1983). Hasil penelitian dari
metode ini adalah produk bahan ajar yang valid dan efektif (Sukmadinata, 2012)
untuk digunakan dalam pembelajaran. Model penelitian pengembangan yang
digunakan dengan model ADDIE yang terdiri dari lima tahap, yaitu Analysis,Design, Development, Implementation,
dan Evaluation (Aldoobi, 2016: 68). Dengan
demikian, prosedur penelitian yang ditempuh terdiri atas tahap penelitian
analisis kebutuhan bahan ajar di SMA, analisis standar kompetensi, analisis
hasil wawancana kepada para penyair produktif, pengembangan bahan ajar,
validasi bahan ajar, dan uji coba bahan ajar. Selanjutnya tahap pengembangan
terdiri dari pengembangan materi bahan ajar, validasi dan revisi bahan ajar
untuk sub materi mengidentifikasi teks puisi. Tahap evaluasi bahan ajar
berdasarkan uji coba terbatas untuk mengetahui efektivitas penggunaan bahan
ajar dalam pembelajaran materi teks puisi.
Subjek
penelitian ini terdapat dua kategori, yaitu subjek penelitian analisis
ketersediaan bahan ajar dan hasil wawancara dengan penyair tentang proses
kreatif dalam menghasilkan teks puisi bermutu, serta analisis kebutuhan
terhadap pengembangan bahan ajar teks puisi yang disukai siswa. Dari hal ini
maka subjek penelitian yang digunakan adalah lima orang penyair Indonesia yang
produktif menghasilkan teks puisi. Sementara itu, subjek penelitian pada saat
melakukan validasi produk melalui penilaian prototipe bahan ajar teks puisi
berdasarkan proses kreatif penyair adalah akademisi dan praktisi pendidikan
bahasa Indonesia. Selanjutnya, subjek penelitian dalammelakukan ujicoba
prototype bahan ajar adalah siswa SMA Negeri 1 Manonjaya Tasikmalaya.
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara untuk menggali proses
kreatif yang dilakukan penyair dalam menghasilkan puisi bermutu, pedoman
analisis untuk menganalisis teks puisi, pedoman validasi bahan ajar untuk
mengukur validitas bahan ajar, dan tes yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan pembelajaran dalam menggunakan prototype bahan ajar teks puisi
berdasarkan proses kreatif. Data yang terkumpul dari hasil wawancara dianalisis
untuk mendapatkan sintesis tentang proses menulis puisi, sedangkan data hasil
analisis teks puisi digunakan sebagai titik tolak pembelajaran teks puisi
kepada siswa SMA. Data hasil tes dari pelaksanaan ujicoba pembelajaran untuk
mengukur efektivitas penggunaan bahan ajar diolah dengan menggunakan uji-t atau
uji signifikansi dua mean.
4.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan
hasil wawanara dengan para penyair diperoleh informasi tentang sumber ide dalam
menulis puisi. Sumber ide untuk penulisan puisi diangkat dari peristiwa
sehari-hari yang mengesankan. Persoalan sehari-hari ini dianggap mengusik
nurani penyair tetapi ia hanya dapat mengungkapkannya melalui kata-kata atau
puisi. Mungkin juga sumber ide puisi itu berasal dari suatu peristiwa
sehari-hari namun cukup berkesan atau mengesankan bagi penyair yang diterimanya
melalui pancaindra. Ide puisi juga dapat bersumber dari kehidupan yang
dilandasi bacaan dan pengalaman penyair.
Ide
penulisan puisi selain bersumber dari persoalan sosial yang mengusik penyair
atau menjadi sesuatu yang cukup berkesan bagi diri penyair. Misalnya, puisi
relegius idenya bersumber dari pengalaman beribadah sejak kecil. Puisi dengan
topik sosial bersumber dari masalah-masalah sosial yang sangat mengusik nurani
penyair. Ide puisi dapat pula bersumber dari empati penyair pada lingkungan
sosial yang diamatinya, sehingga ide penulisan puisi itu diangkat dari
pengalaman atau persoalan sehari-hari dari yang dekat dengan penyair. Bahkan
ide puisi itu berupa pandangan penyair tentang hakikat hidup dan segala isinya.
Ide
penulisan puisi juga bisa bersumber dari objek yang diamati pancaindra tetapi
mengesankan penyair. Ide itu, misalnya tentang panorama, lagu, musik, kuliner,
buku yang dibaca, film yang ditonton, atau pengalaman-pengalaman berkesan dalam
perjalanan atau ketika sedang bepergian. Namun demikian, ide penulisan puisi
juga bisa muncul karena ada kegiatan lomba, sehingga disesuaikan dengan tema
lomba. Biasanya, dari suatu lomba itu ditetapkan topik atau tema perlombaan
sehingga penulis puisi meggunakan sumber ide dari tema yang ditentukan oleh
panitia.
Berkaitan
dengan proses kreatif, dari hasil wawancara dengan penyair tentang proses
kreatif mereka memiliki pandangan bahwa pemahaman terhadap unsur-unsur puisi
harus dimiliki oleh penulis puisi. Oleh karena itu, pemahaman unsur-unsur
sastra merupakan keharusan bagi seorang penulis, sebelum menulis sastra.
Pemahaman unsur-unsur puitik dapat mewarnai produk puisi yang ditulisnya.
Pamahaman pada unsur fotografi, rima, ritma, citraan, diksi, dan gaya bahasa.
Seorang penulis puisi juga harus memahami karakteristik dan bentuk puisi,
sehingga ketika menulis puisi kreativitasnya tidak terlalu jauh keluar dari
konvensi sebuah ciri puisi. Penulis puisi juga harus memahami pola penulisan
pantun, gurindam, carmina, syair, atau puisi bebas. Seorang penulis puisi juga
seharusnya dapat memahami jenis dan bentuk puisi, misalnya ada bentuk puisi
simbolik, puisi naratif, dan dapat membedakan antara puisi dengan prosa.
Dari
pemahaman terhadap unsur-unsur sastra, karakteristik puisi, jenis-jenis puisi,
serta bentuk-bentuk puisi maka tumbuh kreativitas penulis puisi dalam
menghasilkan suatu karya puisi. Puisi yang dibuat penulis puisi terinspirasi
dari karakteristik, jenis, dan bentuk puisi yang selama ini beredar. Mungkin
saja, penulis puisi pemula memiliki kreativitas berkarya berdasarkan
analisisnya terhadap karya-karya puisi yang ada saat ini. Dari analisis
tersebut dapat dihasilkan puisi yang diciptakan berdasarkan kulminasi penyair
atas fenomena dan penguasaan terhadap jenis, bentuk, dan karakteristik teks
puisi. Dengan demikian, pada umumnya penyair menulis puisi yang indah, bagus,
dan isinya mantap itu karena ia mamahami hakikat puisi, memahami karakteristik
puisi, jenis dan bentuk puisi. Namun
demikian, ada juga penyair yang ketika menghasilkan karya puisi tidak bertolak
dari pemahaman atas unsur-unsur puisi, namun berdasarkan intuisi penyair
terhadap fenomena yang disaksikan atau dialami yang diekspresikan menjadi
ekspresi yang indah.
Proses
kreatif yang dilakukan penyair dalam menulis puisi adalah (1) menyerap
informasi; (2) mengolah dan menekuni; (3) mendapatkan atau menghasilkan ide
kreatif; (4) merefleksikan ide kreatif ke dalam karya; (5) melakukan elaborasi.
Pada tahap awal, penyair meyerap informasi baik yang diperoleh dari fenomena
alam (eksternal) maupun berdasarkan pemikiran dan perasaan dalam diri penyair
(inside). Dari hasil menyerap informasi tersebut, selanjutnya seorang penyair
melakukan pegendapan (inkubasi) dengan titik tinjau dari pendapat diri maupun
dari pandangan pembaca. Proses ini bergantung pada ketajaman penyair dalam
merefleksikan informasi ke dalam bentuk puisi. Pada saat menuliskan puisi,
penyair menggunakan pengetahuan diri tentang teks puisi dan gagasan atau ide
puitik sebagai karya seni. Tahap akhir dari proses kreatif menghasilkan puisi
adalah proses penyuntingan yang sangat ditentukan oleh pengetahuan penyair atas
unsur-unsur pembangun suatu puisi dan pengalaman penyair dalam menghasilkan
puisi sebagai karya kreatif. Dari tahap penyuntingan dihasilkan puisi bermutu
sebagai hasil akhir dari proses kreatif seorang penyair.
Proses
perenungan atau pengendapan seorang penyair dalam menciptakan puisi ditentukan
oleh kemampuan intelektual, wawasan, dan pengalaman bersastra. Dalam
mengendapkan fenomena atau pemikiran dan perasaan berhubungan dengan insting
dan ketajaman perasaan seorang penyair dalam mengolah dan merenungkan
persoalan. Oleh karena itu, pada tahap ini ada penyair yang dalam waktu singkat
dapat menghasilkan puisi dari proses kreatif namun ada pula penyair yang memerlukan
waktu yang agak lama.
Pada
tahap penyuntingan karya puisi sebagai produk kreatif awal, seorang penyair
menggunakan pengetahuannya tentang penggunaan unsur-unsur pembangun puisi.
Pengetahuan tentang unsur-unsur ini dapat memperindah puisi sehingga dilakukan
penerapan diksi yang memiliki rima yang indah dalam suatu puisi atau bahkan
menghasilkan suasana puisi yang kreatif. Proses penyuntingan juga sangat
bergantung pada pengalaman penyair dalam menghasilkan karya puisi. Dari
pengalaman-pengalaman yang dialami penyair dalam memajankan karya kreatif
tersebut akan dihasilkan puisi yang indah namun juga enak untuk dibaca atau
disajikan kepada public.
Berdasarkan
paparan pengalaman penyair dalam menulis puisi dapat digambarkan bahwa proses
kreatif yang dilakukan adalah: (1) menangkap informasi, baik fenomena eksternal
(outside) atau pemikiran, perasaan diri, bersifat internal (inside); (2) mengolah informasi hingga mengendap
dan mengalami inkubasi; (3) menghasilkan naskah puisi dengan stimulus dari ide
puitik dan pengetahuan puitika; (4) melakukan penyuntingan berdasarkan refleksi atas pemenuhan
unsur-unsur pembangun puisi agar dapat dipahami dan dinikmati oleh pembaca. Proses
kreatif yang dimaksud dapat digambarkan sebagaimana gambar berikut.
Gambar 1: Proses Kreatif Menulis Puisi
Berdasarkan
paparan proses kreatif yang dilakukan seorang penyair dihubungkan dengan
kompetensi dasar dalam kurikulum maka dapat dibuat bahan ajar yang
menggabungkan keduanya. Bahan ajar teks puisi yang pengembangan kompetensinya
mulai dari pengetahuan sampai dengan keterampilan dengan luarannya adalah teks
puisi karya siswa digabungkan dengan proses kreatif. Oleh karena itu, dalam
mengembangkan bahan ajar teks puisi untuk siswa SMA perlu diperhatikan proses
kratif yang dilakukan oleh para penyair. Pada umumnya, bahan ajar teks puisi
dikembangkan berdasarkan pemahaman penulis puisi atas kompetensi dasar yang
harus dikuasai.
Adapun
kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum adalah: (3.16) mengidentifikasi
suasana, tema, dan makna beberapa puisi yang terkandung dalam buku antologi
puisi atau kumpulan puisi yang sudah dipublikasikan yang diperdengarkan atau
dibaca; (4.16) mendemonstrasikan (membacakan atau memusikalisasikan) satu puisi
dari antologi puisi atau kumpulan pisi dengan memerhatikan vocal, ekspresi,
dan intonasi; (3.17) menganalisis
unsur-unsur pembangun dalam puisi; dan (4.17) Menulis puisi dengan memerhatikan
unsur-unsur pembangunnya. Kompetensi dasar tersebut digabungkan dengan proses
kreatif yang dilakukan penyair menjadi bahan ajar. Penggabungan tersebut dapat
dibuat dalam peta konsep sebagai berikut.
Diagram Peta Konsep
Bahan Ajar Teks Puisi untuk SMA
Bahan
Ajar teks puisi untuk SMA sebagaimana digambarkan dalam peta konsep di atas
selanjutnya divalidasi oleh pakar pembelajaran bahasa dan praktisi atau guru
bahasa Indonesia di SMA. Validasi yang dilakukan berdasarkan kajian terhadap
ketersesuaian isi dengan kurikulum, penyajian, bahasa, dan grafika. Dari
keempat komponen validasi tersebut diperoleh skor dari para validator. Berdasarkan
hasil validasi yang dilakukan mereka diketahui rata-rata skor hasil validasi mencapai
96,75 dari skor total 100. Ini berarti bahwa bahan ajar yang dikembangkan
termasuk ke dalam kategoti sangat layak digunakan dalam pembelajaran untuk
siswa SMA.
Dari
hasil ujicoba bahan ajar teks puisi yang dikembangkan berdasarkan proses
kreatif yang dilakukan penyair diketahui bahwa dari hasil uji coba dengan
menggunakan desain pratest and posttest design diperoleh nilai thitung
lebih besar daripada nilai ttabel.Hal ini berarti bahwa perbedaan
rata-rata skor yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran teks puisi melalui
bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan proses kreatif dinyatakan dapat
dipercaya.
Pembahasan
Bahan
ajar teks puisi untuk siswa SMA yang masih terbatas dapat diperkaya dengan
upaya guru dalam mengembangkan bahan ajar berdasarkan proses kreatif yang
dilakukan oleh penyair dalam menghasilkan karya puisi. Bahan ajar yang
dikembangkan harus sesuai dengan kondisi perkembangan peradaban, sehingga siswa
dapat dengan mudah memahami bahan ajar yang disajikan dalam pembelajaran.
Berdasarkan pengelaman penyair dalam melakukan proses kreatif, ternyata
pengetahuan tentang puitika dan pengalaman bersastra memiliki peran dalam
menghasilkan karya kreativitas (Kusmana et.al. 2019; .Pengetahuan puitika pada penyair
dapat digunakan untuk proses pengendapan fenomena atau pengalaman yang dialami.
Sementara itu, pengetahuan tentang unsur-unsur pembangun sebuah puisi menjadi
bahan bagi penyair untuk melakukan refleksi atau melakukan penyempurnaan pada
tahap revisi hasil karya puisi.
Proses
kreatif setiap penyair berbeda-beda, namun secara umum dapat digambarkan bahwa
proses kreatif itu hampir sama yaitu mendapatkan ide dari fenomena atau
pengalaman, kemudian mengalami proses inkubasi, selanjutnya ketika menghasilkan
karya dengan stimulus dari proses imajinasi, dan bagian akhirnya adalah
melakukan revisi dengan cara dibaca ulang, mengganti diksi agar memiliki rima,
mengubah susunan baris, serta melihat makna secara utuh sehingga diperoleh
karya yang kreatif.
Pengembangan
bahan ajar teks puisi berdasarkan proses kreatif merupakan alternative
penyediaan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru. Pembelajaran
dengan materi berbasis pada teks puisi memiliki luaran agar siswa menghasilkan
teks puisi sebagai karya kreatif. Puisi yang dihasilkan siswa lebih bervariasi
daripada pembelajaran dengan bahan ajar yang tertera dalam buku teks. Bahan
ajar yang dikembangkan seiring dengan proses kreatif yang dilakukan penyair
dalam menghasilkan karya puisi. Pembelajaran yang berorientasi pada produk
karya siswa perlu dilakukan berdasarkan pengalaman proses menghasilkan karya
kreatif tersebut agar tahapan menghasilkan suatu produk sejalan dengan yang
dilakukan oleh tenaga professional. Namun demikian, kompetensi dasar yang harus
dicapai sebagaimana tertuang dalam kurikulum tetap menjadi materi utama sebagai
kompetensi minimal yang harus dimiliki siswa.
Pengembangan
bahan ajar perlu ditilik kualitasnya berdasarkan penilaian atas isi atau
materi, penyajian, bahasa, dan grafika yang digunakan dalam bahan ajar
tersebut. Dari keempat komponen tersebut bahan ajar mengalami proses
penyesuaian dengan kerangka dasar sebagaimana dipenuhi dalam pengembangan buku
teks pelajaran. Pengembangan bahan ajar pada dasarnya merupakan tugas seorang
guru professional, namun tidak seluruh guru memiliki kompetensi tersebut, oleh
karena itu hasil-hasil penelitian tentang pengembangan bahan ajar menjadi
alternative bagi guru dalam melakukan pemilihan bahan ajar secara bervariasi
dalam melaksanakan pembelajaran.
Pembelajaran
dengan berorientasi pada produk sebagaimana konsep pedagogik genre dapat
meningkatkan antusiasme siswa. Dengan menggunakan tahap (1) membangun konteks;
(2) pengenalan model karya kreatif; (3) perancah untuk menghasilkan model; dan
(4) menghasilkan karya kreatif secara mandiri. Tahapan pembelajaran seperti ini
sesuai dengan penerapan bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan proses kreatif
penyair dalam menghasilkan karya puisi. Oleh karena itu respons yang sama juga
terjadi pada saat ujicoba pembelajaran menggunakan bahan ajar yang dikembangkan
berdasarkan proses kreatif, respon siswa sangat antusias dan produk karya yang
dihasilkan lebih bervasiasi. Bahan ajar teks puisi yang ditambah dengan proses
kreatif dalam menghasilkan karya hasilnya sejalan dengan pembelajaran sejenis
dari bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan pengalaman penyair dalam
meghasilkan teks puisi (Kusmana, Jaja, and Mutiarasari: 2019). Para siswa
memiliki respon yang berbeda dengan pembelajaran yang menggunakan bahan ajar
yang diambil dari buku teks pelajaran, para siswa terpacu menjadi lebih kreatif
dalam menghasilkan teks puisi yang dibuatnya.
Simpulan
Berdasarkan
paparan dan pembahasan hasil penelitian dan pengembangan ini dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1)
Proses kreatif yang dilakukan penyair (1)
menyerap informasi dari pancaindra,
pengalaman, hasil
pemikiran tentang sesuatu yang memiliki potensi menjadi teks puisi; (2) mengolah
informasi sampai mengalami proses inkubasi; (3) Melakukan kontemplasi untuk menciptakan karya kreatif; (4) Melakukan elaborasi
dan refleksi atas karya kreatif yang dihasilkan; (5) melakukan elaborasi atau
menguji sebuah karya puisi. Proses kreatif tersebut pada umumnya dilakukan oleh
penyair dalam menghasilkan karya teks puisi bermutu.
2)
Bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan
proses kreatif yang dilakukan penyair mendapat validasi sebagai bahan ajar yang
memiliki kelayakan, baik dilihat dari isi, penyajian, bahasa, dan grafika.
Berdasarkan validasi yang dilakukan pakar pendidikan dan praktisi atau guru
pelajaran bahasa Indonesia yang berpengalaman diketahui bahwa bahan ajar yang
dikembangkan memiliki isi yang lebih bervariasi dan dapat memotivasi siswa
dalam menghasilkan karya sastra yang berkualitas. Dari komponen penyajian bahan
ajar mendapatkan penilaian bahwa penyajian bahan ajar lebih bervariasi dan
dapat membangkitkan kompetensi bersastra siswa, baik secara lisan maupun
tulisan. Bahasa yang digunakan dalam bahan ajar mendapatkan penilaian sangat
sesuai dengan kemampuan dan daya tangkap siswa SMA sehingga materi bahan ajar
mudah dipahami oleh para siswa. Demikian pula dengan komponen grafika
mendapatkan penilaian baik, dengan menyajikan foto-foto atau gambar penyair
bahkan ada contoh pembacaan puisi yang dapat diunduh oleh siswa melalui gawai
miliknya sehingga dapat dibuka ketika sudah pulang sekolah.
3)
Penerapan bahan ajar teks puisi yang
dikembangkan dari proses kreatif penyair kepada para siswa SMA diperoleh hasil
yang efektif. Penerapan bahan ajar di dalam pembelajaran kelas ekperimen lebih
baik daripada pembelajaran di kelas control yang menggunakan bahan ajar yang
tersedia dalam buku teks pelajaran. Luaran dari pembelajaran teks puisi kelas
eksperimen lebih bervariasi dan berupa teks puisi karangan siswa yang memiliki kualitas
serta bernilai sastra jika dibandingkan dengan puisi yang dihasilkan siswa dari
kelas control. Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru dengan
menggunakan bahan ajar teks puisi yang dikembangkan berdasarkan proses kreatif
sangat positif bahkan dapat memotivasi siswa untuk terus mengembangkan
kreativitasnya.
Ucapan Terima Kasih
Penelitian ini dibiayai dari Sumber Dana
Riset Unggulan Universitas (RUU) pada Lembaga Penelitian Universitas Swadaya
Gunung Jati (UGJ) Tahun Anggaran 2018-2019. Oleh karena itu, kami berterima
kasih kepada Kepala Lembaga Penelitian dan Rektor UGJ yang telah memfasilitasi
kegiatan penelitian yang kami lakukan.
Referensi
Anindita,
Kun Anindyan. (2017) Diction in Poetry Anthology Surat Kopi by Joko Pinurbo as
APoetry Writing Teaching Material.International
Journal of Active Learning(IJAL) Vol 2 (1) 2017. Web http://journal.unnes.ac.id
Brian, Tomlinson.(2012) Mqaterial Development for Language
Learning and Teaching. Language Teaching.Cambridge 45 (2). April 2012 143-179.
Buonanno, Giovanna. 2007. Mapping Gendrered Identity Across
Language and Cultures in Grace Nicols' Writing. Gale Educational Databased. Culture and Literature.Ege University.
Damono, S.D. (2012). Sihir Rendra: Permainan Makna. Jakarta:
Pustaka Firdaus.
Daryanto dan Dwicahyono.(2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran
(Silabus, RPP, PHB, Bahan Ajar). Yogyakarta: Gava Media.
Dewi, W. (2009).Belajar Menuang Ide dalam Puisi, Cerita,
Drama.Klaten: PT: Intan Pariwara.
Du Toit, C. 2014. Towards a Vocabulary for Visual Analysis: Using
Picture Books to Develop Visual Literacy with Pre-Service Teachers. Mousaion, 32 (2).
Hamdani.(2011). Strategi
Belajar Mengajar.Bandung: CV. Pustaka setia.
Hartati, Tatat. (2017) Conferencing Approach in Promoting Writing
Ability: A Classroom Action Research Study on Language Creative Writing in
Indonesian Language. International Journal of Applied Linguistics. Vol 7 (2)
294-301.
Hidayati, Nurul dan Ida Zulaeha. (2018) The Effectiveness of Poetry
Reading Learning Using Dralatader Model on Extrovert and Introvert Senior High
School Student. Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 7
(1).
Hidayati, L. (2012). Menumbuhkan Karakter Positif dengan Menulis
Puisi.Yogyakarta: Fire Publisher.
Iskandarwasid dan Dadang
Sukandar (2012) Strategi Belajar
Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Jabrohim, dkk (2009).Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Janice, Murray dan Juliet Goldbart. (2009) Cognitive and language
acquisition in typical and aided language learning: A Review of Recent Evidence
from an Aided Communication Perspective. Child Language Teachingand Therapy;
London Vol. 25, Iss. 1, (Feb 2009).
Johnson, Hilary. Supporting Creative and Reflective Processes.International
Journal of Human-Computer Studies. Oct 2006. Vol 64 (10).
Komaidi, D. (2011). Panduan Lengkap Menulis Kreatif dan
Praktek.Yogyakarta: Sabda Media.
Kusmana, Suherli (2016) Orientasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
dalam Kurikulum 2013.Prosiding Seminar Nasional. 17 September 2016.Yogyakarta:
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Ahmad
Dahlan.
Kusmana, S., Jaja W.,
Mutiarasari. (2019)The Development of
Poetry Text Materials Based on Poet’s Experience. Advances in Social Science, Education
and Humanities Research, Volume 297. April, 2019.
Web: https://doi.org/10.2991/icille-18.2019.80
Laksana, A.S. (2013) Creative
Writing: Tip dan Strategi Menulis Cerpen dan Novel. Jakarta: Gagas Media.
Lee, Kyung Hwa. (2005). The Relationship
Between Creative Thingking Ability and Creative Personality of Preschoolers. 10
International Educational Journal. Vol, 6. No. 2 Hal. 194-199
Lestari, I. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Kompetensi (sesuai
dengan kurikulum KTSP). Padang: Akademia Permata.
Majid, A. (2012). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: Rosdakarya.
Mulyasa.(2006). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan.Bandung : Remaja Rosadakarya Offset.
Nag, S., Snowling, M. J., &
Mirković, J. (2018). The role of language production mechanisms in children's
sentence repetition: Evidence from an inflectionally rich language. Applied
Psycholinguistics, 39(2), 303-325
Noor, A.Z. (2011). Puisi dan Bulu Kuduk: Perihal Apresiasi dan
Proses Kreatif. Bandung: Penerbitan Nuansa.
Nurudin.(2012). Dasar-Dasar Penulisan.Malang: UMM Press.
Prastowo, A. (2013). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press.
Priyatni.(2015). Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam
Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Ruhimat, T. (2011).Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: PT Raja
Gravindo Persada.
Sayuti, Suminto, A.
(2010). Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gramedia
Sasaki, H., Iwasaki, S., & Takeya, M. (2006). Implementation of a Framework for
Development of Teaching
Material Using Distributed Sharing Virtual Space. Systems and Computers in Japan, 37(14), 97- 106.
Setiawan, Wawan dan Andik Yuliyanto. (2017) Wajah “Ryonen” dalam
Puisi “Biara” Karya A. Muttaqin. Jurnal
Pena Indonesia, Vol 3 No 1 Maret 2017.
Setyosari, P. (2013). Metode Penelitian Pendidikan dan
Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Siswanto, W. (2008).Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT. Grasindo.
Sugiarto, E. (2013). Cara Mudah Menulis Pantun, Puisi, Cerpen.
Yogyakarta: Khitah Publishing.
Sugiyono.( 2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukino.(2010). Menulis itu Mudah.Yogyakarta: Pustaka Populer LKIS.
Sukmadinata.(2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya dan Program Pascasarjana UPIShabani, Karim, Mohamad Khatib, Saman
Ebadi. (2010) Vygotsky's Zone of Proximal Development: Instructional Implications
and Teachers' Profesional Development. English Language Teaching.Vol 3 (4)
Desember 2010.
Suryadi, dkk. 1986. Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang. Jakarta.
PT. Gunung Agung.
Taisin, Norjietta Julita (2014) Genre Puisi Lisan Tradisional
Kadazandusun (Sudawil): Bahasaperlanan Dalam Sudawil Percintaan dan Kasih
Sayang Dari Dimensi Alam Dan Budaya. ICLALIS 2013. Procedia: Sosial and Behavioral Science 134 (2014) 291 – 297.
Waluyo, H. J. (2003). Apresiasi Puisi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Turkmen, Hakan. (2015). Creative
Thingking Skills Analyzes of Vocational High School Student. Journal of
Educational and Instructional Studies in The World : Vol, 5. No. 10, Hal. 74-84
Warsidi, E. (2009). Pengetahuan Tentang Puisi. Bandung: PT. Sarana
Ilmu Pustaka.
Yee, M.H., J. Md. Yunos W. Othman R. Hassan T. K. Tee Mimi
Mohaffyza Mohamad. (2015) Disparity of Learning Styles and Higher Orger
Thinking Skills among Technical Students. Procedia,
Social Behavioral Sciences. 204 (2015) 143-152.
Yee, M.H., J. Md. Yunos W. Othman R. Hassan T. K. Tee Mimi
Mohaffyza Mohamad. (2015) Disparity of Learning Styles and Higher Orger
Thinking Skills among Technical Students. Procedia, Social Behavioral Sciences.
204 (2015) 143-152.
Setiawan, Wawan dan Andik Yuliyanto. (2017) Wajah “Ryonen” dalam
Puisi “Biara” Karya A. Muttaqin. Jurnal Pena Indonesia, Vol 3 No 1 Maret
2017.
Anindita, Kun Anindyan. (2017) Diction in Poetry Anthology Surat
Kopi by Joko Pinurbo as A Poetry Writing Teaching Material. International
Journal of Active Learning (IJAL) Vol 2 (1) 2017. Web
http://journal.unnes.ac.id
Du
Toit, Christine. (2014) Towards A Vocabulary For Visual Analysis: Using Picture
Books To Develop Visual Literacy With PreService Teachers, Mousaion, Vol. 32, No. 2, Pp. 25–47, 2014.