Pages

SELINGKUP PENDIDIKAN | PROF. DR. SUHERLI

24 Juli, 2022

 

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEKS PUISI UNTUK SMA

BERDASARKAN PROSES KREATIF

 Suherli Kusmana

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan kualitas hasil pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA), khususnya topik teks puisi yang masih rendah. Hasil penelitian ini dimaksudkan untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan kualitas penerapan Kurikulum 2013 pada jenjang SMA. Kelemahan penerapan Kurikulum 2013 adalah keterbatasan bahan ajar, di antaranya bahan ajar Teks Puisi. Pembelajaran materi ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan gagasannya melalui bahasa yang indah, berirama, memiliki nilai-nilai kesastraan namun tidak menyinggung perasaan pihak lain. Metode digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan dengan nara sumber pengembangan model dipilih lima orang sastrawan yang produktif dalam menghasilkan teks puisi. Selanjutnya, dalam melakukan ujicoba bahan ajar yang dikembangkan itu dipilih siswa SMA Negeri 1 Manonjaya Tasikmalaya. Bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan proses kreatif penyair dalam menghasilkan karya sastra teks puisi dipadukan dengan susunan kompetensi dasar berdasarkan kurikulum dengan penyajian secara ilmiah. Bahan ajar hasil pengembangan yang dievaluasi berdasarkan kriteria isi, penyajian, bahasa, dan grafika oleh akademisi dan praktisi memenuhi kriteria kelayakan sebagai bahan ajar di SMA. Berdasarkan ujicoba penerapan bahan ajar ditemukan bahwa bahan ajar tersebut mampu mendorong siswa menghasilkan teks puisi bermutu. Pembelajaran Bahasa Indonesia pun berlangsung efektif dalam mencapai tujuan.

 

Kata Kunci: bahan ajar teks puisi, proses kreatif

 

1.   Pendahuluan

Pengembangan bahan ajar teks puisi di SMA sangat penting karena pada usia remaja seperti mereka, kemampuan mengungkapkan gagasan, pemikiran, dan perasaan diarahkan pada pengembangan kreativitas. Kompetensi yang dikembangkan sebagaimana diamanatkan dalam kurikulum adalah mengenal, menelaah, dan menghasilkan teks puisi. Capaian pembelajaran dengan materi teks puisi adalah menghasilkan karya berupa teks puisi. Namun, masih banyak ditemukan karya puisi yang dibuat siswa merupakan karya plagiat, karya yang kurang dalam, karya yang dapat menyinggung pihak lain. Siswa SMA harus dapat menghindari kegiatan berpuisi yang tidak mencerminkan sikap seorang pelajar yang menitipkan pesan moral kepada pembacanya melalui puisi. Oleh karena itu diperlukan bahan ajar yang baik dan relevan serta sesuai dengan perkembangan masyarakat saat ini. Pengembangan bahan ajar yang relatif baru sedang banyak dilakukan (Brian, 2012:143; Du Toit, 2014: 25) termasuk yang digali dari lapangan dan lingkungan.

Penyair adalah penulis puisi yang karya-karyanya telah diterima sebagai karya seni sastra yang unggul. Para penyair menulis puisi dengan menerapkan proses kreatif dan imajinatif, dengan berbekal pemahaman tentang suatu karya. Bahan ajar yang digali dan dikembangkan dari proses kreatif yang dilakukan penyair dalam melakukan proses kreatif akan dapat menantang dan mendorong para siswa SMA untuk mengembangkan kemampuan menuangkan gagasan, perasaan, dan pikirannya secara baik.Bahan ajar teks puisi yang disajikan berdasarkan proses kreatif (Du Toit, 2014: 25; Vass, 2001: 102) belum tersedia sehingga hasil kajian ini akan sangat bermanfaat, baik bagi pengembangan keilmuan maupun bagi pembelajaran Teks Puisi di SMA. Penelitian ini dimulai dari studi tentang kebutuhan bahan ajar di SMA kemudianstudi deskriptif tentang proses kreatif yang dilakukan penyair. Dengan mengunakan hasil kajian tentang konsep Kurikulum 2013, hasil studi kebutuhan bahan ajar, dan hasil studi proses kreatif penyair maka dikembangkan purwarupa (prototype) bahan ajar Teks Puisi berdasarkan proses kreatif. Purwarupa yang sudah disusun selanjutnya divalidasi ahli dan praktisi, kemudian dilakukan revisi dan terakhir dilakukan uji coba. Kegiatan ujicoba dilakukan dalam bentuk pembelajaran kepada siswa SMA sesuai dengan materi bahan ajar yang seharusnya mereka pelajari.

 

2.   Kajian Referensi

a.      Bahan Ajar

Bahan ajar adalah bahan-bahan yang digunakan peserta didik untuk dapat belajar. Bahan ajar merupakan seperangkat informasi yang harus diserap peserta didik melalui pembelajaran yang menyenangkan (Iskandarwassid dan Sunendar, 2011:171). Hal ini berarti bahwa dalam menyusun bahan ajar diharapkan siswa benar-benar merasakan manfaat bahan ajar atau materi itu setelah ia mempelajarinya. Dengan demikian, bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi dan subkompetensi dengan segala kompleksitasnya (Lestari, 2013: 1). 

Bahan ajar harus memudahkan siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran, mampu memenuhi kebutuhan siswa, informasi disajikan untuk dipelajari oleh siswa yang berisikan semua materi atau teori pelajaran, bersifat lengkap, sehingga memungkinkan siswa tidak  perlu  lagi  mencari  sumber  bahan  lain, mengikuti perkembangan teknologi, dan memudahkan penggunanya ketika hendak memakainya (Jannice, 2009:33; Hapsari, 2016: 22). Bahan ajar merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses pembelajaran karena ada sejumlah informasi, instruksi, proses, dan evaluasi yang mendukung kegiatan pembelajaran (Nag et. al., 2018; Hamdani, 2011; Kusmana et.al.2019) untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, setiap materi, baik instruksi maupun paparan informasi; penyajian;  penggunaan bahasa; dan grafika penulisannya bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya. Bahan ajar yang baik bukan hanya berisi ilmu pengetahuan, tetapi dikembangkan dengan cara yang berkualitas dan menggunakan landasan teoretis. Untuk itu, agar dapat menghasilkan bahan ajar yang mampu menjalankan fungsi dan perannya dalam pembelajaran yang efektif, bahan ajar perlu dirancang dan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan mutakhir.

Pengembangan bahan ajar terbaru menggunakan pendekatan Content and Language Integrated Learning atau CLIL (Doiz, 2014: 209-224), dengan tahapan: (1) membangun konteks, (2) menelaah model/contoh; (3) menkonstruksi terbimbing; dan (4) mengkonstruksi mandiri  melalui prosedur ilmiah (scientific) melalui pola 5M yang terdiri atas: mengamati, mempertanyakan, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan (Kusmana, 2016:9; Yani, 2014: 110).Berdasarkan CLIL maka bahan ajar yang digunakan untuk mengembangkan kompetensi siswa dalam menghasilkan teks puisi dapat dikembangkan dari menelaah proses yang dilakukan oleh penyair dalam menghasilkan puisi.  

 

b.      Teks Puisi

Teks puisi merupakan salah satu bahan ajar yang dapat digunakan guru untuk mengembangkan kompetensi dasar siswa. Teks puisi merupakan salah satu luaran hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Puisi menurut Waluyo (2003:1) adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Puisi merupakan bentuk karya yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan kontemplatif (Setiawan, 2017; Taisin, 2014). Puisi dapat mewakili pikiran dan perasaan penulis yang diungkapkan melalui balutan bahasa terbentuk struktur fisik dan batin penulis lewat bahasa tertentu. Suminto A. Sayuti (2008:3) menyatakan bahwa puisi adalah bentuk ekspresi bahasa yang memperhitungkan aspek bunyi di dalamnya, yang mengekspresikan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang diambil dari kehidupan individu dan sosialnya dan diungkapkan dengan pilihan teknik tertentu, sehingga dapat membangkitkan pengalaman tertentu bagi pembaca atau audiens. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa puisi diciptakan oleh seorang penyair untuk menyampaikan suatu pesan pada pembaca baik secara tersirat maupun tersurat untuk memenuhi kepuasan batin seorang penulis puisi atau penyair. Dalam bahasa Melayu dahulu hanya dikenal satu istilah yaitu “sajak” yang berarti poezie ataupun  gedicht.Poezie (puisi) adalah jenis sastra  yang berpasangan dengan istilah prosa. Suryaman (2005:20) menyatakan bahwa puisi merupakan karya emosi, imajinasi, pemikiran,ide, nada, irama, kesan panca indera, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampurbaur dengan memperhatikan pembaca.Jadi puisi merupakan pengungkapan isi hati seseorang baik itu sedih, senang, dan gembira dan puisi itu harus menggunakan kata kata kiasan agar puisi tersebut menarik dan pembaca seolah olah merasakan sendiri apa yang terjadi dalam isi puisi tersebut.Adapun menurut Pradopo (2012: 7), puisi merupakan ekspresi pemikiran yang membangkitkan perasaan yang merangsang, imajinasi panca indera dalam susunan kata yang berirama. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, kemudian digubah ke dalam wujud yang paling berkesan.Pendapat lain dikemukakan oleh Warsidi (2009:22) yang menyatakan puisi sebagai cipta sastra merupakan perwujudan berbagai pengalaman penyair yang diungkapkan dengan tulus, apa adanya, sungguh-sungguh, dan sarat imaijinasi (daya bayang) dengan bahasa yang khas pada ketulusan, kesungguhan, kekayaan imajinasi, dan bahasa yang khas pula mengakibatkan beragam pengalaman yang diungkapkan menjadi hidup serta memikat hati.

 

c.       Proses Kreatif

Proses kreatif merupakan tahap-tahap dihasilkan suatu karya bermutu dan memiliki perbedaan dengan karya yang lain. Karya yang dihasilkan memerlukan waktu dan tahapan dalam pengerjaannya sehingga menjadi karya kreatif. Proses kreatif mengacu pada urutan pemikiran dan tindakan yang mengarah pada produk kreatif (Lumbart, 1994). Teks puisi merupakan salah satu produk kreatif, karena dalam proses penciptaannya tidak dapat dilakukan secara serta merta tanpa suatu proses. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Noor (2012: 230-232) bahwa seorang penyair tidak pernah berangkat dan ruang kosong atan kekosongan semata dalam menciptakan puisi.

Dalam menghasilkan karya kreatif, seorang penyair melakukan proses kontemplasi dengan cara menghubungkan pengalaman dan pemikiran dirinya sebagai suatu realita dengan ungkapan yang juga dapat dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain, sekalipun berbeda. Dengan demikian, semua pengalamanan yang terjadi kepada penyair, baik rohani maupun jasmani akandapat dilukiskan secara visual melalui kata-kata kreatif. Sebagai sebuah karya kreatif, puisi memiliki ciri yang mencerminkan kreativitas penyair dalam melakukan proses kreatif (Anindita et.all., 2017; Nag et.al.: 2018; Kusmana, et.al. 2019). Kreativitas penyair ini merupakan suatu proses internalisasi realitas yang dihadapi atau dialami dengan pengungkapan kepada pembaca. Dengan demikian, puisi yang baik merupakan hasil dari proses kreatifyang mengambarkan pemikiran dan perasaan seorang penyair dalam memaknai realita menjadi suatu karya yang dapat dibaca pihak lain.Lingkungan dan suasana memegang peranan penting dalam proses seorang penyair dalam menciptakan puisi(Noor,2012:262-266; Setiawan, 2017: 88-99) menyatakan bahwa. Sekalipun dalam mendapatkan gagasan itu darimana dan kapan saja, namun untuk menuliskannya menjadi karya kreatif memerlukan suasana yang khusus.

Dalam teks puisi terdapat sesuatu yang dapat tergambarkan, baik secara tersurat maupun tersirat. Gambaran tersebut tidak hanya menghadirkan suasana, tetapi juga melukiskan warna, cuaca, suara, dan bahkan bau.Sudut pandang dalam melihat, menafsirkan, dan menggambarkan sesuatu merupakanaspek yang berhubungan dengan persepsi dan juga subjektivitas seorang penyair. Segala yang berhubungan dengan fenomena alam merupakan metafor yang dapat digunakan dalam mengungkapkan pengalaman jiwa ke dalam kata-kata puitik. Karya puisimerupakan karya rekaan karena peristiwa yang dialami penyair berada dalam kata-kata dan tidak lagi berada di dalam kehidupan sehari-hari(Damono, 2012: 265-266; Setiawan, 2017). Oleb sebab itu, karya sastra berupa puisi tidak bisa ditakar dengan ukuran yang biasa dikenakan pada kehidupan sehari-hari. Karya kreatif puisi dapat dipahami secara akal karena tertuang dalam bentuk kata-kata, namun akan menjadi tidak masuk akal jika dikembalikan pada kehidupan nyata. Karya kreatif tersebut menggunakan pencitraan untuk melambangkan kenyataan ke dalam bentuk kata-kata puitis dan dapat dinikmati pembacanya. Puisi sebagai karya kreatif yang memiliki nilai kreativitas itu dihasilkan oleh seorang penyair sebagai suatu proses kreatif.

 

3.   Metode

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Research and Development (R&D) sebagaimana yang dikembangkan Borg & Gall (1983). Hasil penelitian dari metode ini adalah produk bahan ajar yang valid dan efektif (Sukmadinata, 2012) untuk digunakan dalam pembelajaran. Model penelitian pengembangan yang digunakan dengan model ADDIE yang terdiri dari lima tahap, yaitu Analysis,Design, Development, Implementation, dan Evaluation (Aldoobi, 2016: 68). Dengan demikian, prosedur penelitian yang ditempuh terdiri atas tahap penelitian analisis kebutuhan bahan ajar di SMA, analisis standar kompetensi, analisis hasil wawancana kepada para penyair produktif, pengembangan bahan ajar, validasi bahan ajar, dan uji coba bahan ajar. Selanjutnya tahap pengembangan terdiri dari pengembangan materi bahan ajar, validasi dan revisi bahan ajar untuk sub materi mengidentifikasi teks puisi. Tahap evaluasi bahan ajar berdasarkan uji coba terbatas untuk mengetahui efektivitas penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran materi teks puisi.

Subjek penelitian ini terdapat dua kategori, yaitu subjek penelitian analisis ketersediaan bahan ajar dan hasil wawancara dengan penyair tentang proses kreatif dalam menghasilkan teks puisi bermutu, serta analisis kebutuhan terhadap pengembangan bahan ajar teks puisi yang disukai siswa. Dari hal ini maka subjek penelitian yang digunakan adalah lima orang penyair Indonesia yang produktif menghasilkan teks puisi. Sementara itu, subjek penelitian pada saat melakukan validasi produk melalui penilaian prototipe bahan ajar teks puisi berdasarkan proses kreatif penyair adalah akademisi dan praktisi pendidikan bahasa Indonesia. Selanjutnya, subjek penelitian dalammelakukan ujicoba prototype bahan ajar adalah siswa SMA Negeri 1 Manonjaya Tasikmalaya. 

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara untuk menggali proses kreatif yang dilakukan penyair dalam menghasilkan puisi bermutu, pedoman analisis untuk menganalisis teks puisi, pedoman validasi bahan ajar untuk mengukur validitas bahan ajar, dan tes yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran dalam menggunakan prototype bahan ajar teks puisi berdasarkan proses kreatif. Data yang terkumpul dari hasil wawancara dianalisis untuk mendapatkan sintesis tentang proses menulis puisi, sedangkan data hasil analisis teks puisi digunakan sebagai titik tolak pembelajaran teks puisi kepada siswa SMA. Data hasil tes dari pelaksanaan ujicoba pembelajaran untuk mengukur efektivitas penggunaan bahan ajar diolah dengan menggunakan uji-t atau uji signifikansi dua mean.

 

4.   Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil wawanara dengan para penyair diperoleh informasi tentang sumber ide dalam menulis puisi. Sumber ide untuk penulisan puisi diangkat dari peristiwa sehari-hari yang mengesankan. Persoalan sehari-hari ini dianggap mengusik nurani penyair tetapi ia hanya dapat mengungkapkannya melalui kata-kata atau puisi. Mungkin juga sumber ide puisi itu berasal dari suatu peristiwa sehari-hari namun cukup berkesan atau mengesankan bagi penyair yang diterimanya melalui pancaindra. Ide puisi juga dapat bersumber dari kehidupan yang dilandasi bacaan dan pengalaman penyair.

Ide penulisan puisi selain bersumber dari persoalan sosial yang mengusik penyair atau menjadi sesuatu yang cukup berkesan bagi diri penyair. Misalnya, puisi relegius idenya bersumber dari pengalaman beribadah sejak kecil. Puisi dengan topik sosial bersumber dari masalah-masalah sosial yang sangat mengusik nurani penyair. Ide puisi dapat pula bersumber dari empati penyair pada lingkungan sosial yang diamatinya, sehingga ide penulisan puisi itu diangkat dari pengalaman atau persoalan sehari-hari dari yang dekat dengan penyair. Bahkan ide puisi itu berupa pandangan penyair tentang hakikat hidup dan segala isinya.

Ide penulisan puisi juga bisa bersumber dari objek yang diamati pancaindra tetapi mengesankan penyair. Ide itu, misalnya tentang panorama, lagu, musik, kuliner, buku yang dibaca, film yang ditonton, atau pengalaman-pengalaman berkesan dalam perjalanan atau ketika sedang bepergian. Namun demikian, ide penulisan puisi juga bisa muncul karena ada kegiatan lomba, sehingga disesuaikan dengan tema lomba. Biasanya, dari suatu lomba itu ditetapkan topik atau tema perlombaan sehingga penulis puisi meggunakan sumber ide dari tema yang ditentukan oleh panitia. 

Berkaitan dengan proses kreatif, dari hasil wawancara dengan penyair tentang proses kreatif mereka memiliki pandangan bahwa pemahaman terhadap unsur-unsur puisi harus dimiliki oleh penulis puisi. Oleh karena itu, pemahaman unsur-unsur sastra merupakan keharusan bagi seorang penulis, sebelum menulis sastra. Pemahaman unsur-unsur puitik dapat mewarnai produk puisi yang ditulisnya. Pamahaman pada unsur fotografi, rima, ritma, citraan, diksi, dan gaya bahasa. Seorang penulis puisi juga harus memahami karakteristik dan bentuk puisi, sehingga ketika menulis puisi kreativitasnya tidak terlalu jauh keluar dari konvensi sebuah ciri puisi. Penulis puisi juga harus memahami pola penulisan pantun, gurindam, carmina, syair, atau puisi bebas. Seorang penulis puisi juga seharusnya dapat memahami jenis dan bentuk puisi, misalnya ada bentuk puisi simbolik, puisi naratif, dan dapat membedakan antara puisi dengan prosa.

Dari pemahaman terhadap unsur-unsur sastra, karakteristik puisi, jenis-jenis puisi, serta bentuk-bentuk puisi maka tumbuh kreativitas penulis puisi dalam menghasilkan suatu karya puisi. Puisi yang dibuat penulis puisi terinspirasi dari karakteristik, jenis, dan bentuk puisi yang selama ini beredar. Mungkin saja, penulis puisi pemula memiliki kreativitas berkarya berdasarkan analisisnya terhadap karya-karya puisi yang ada saat ini. Dari analisis tersebut dapat dihasilkan puisi yang diciptakan berdasarkan kulminasi penyair atas fenomena dan penguasaan terhadap jenis, bentuk, dan karakteristik teks puisi. Dengan demikian, pada umumnya penyair menulis puisi yang indah, bagus, dan isinya mantap itu karena ia mamahami hakikat puisi, memahami karakteristik puisi, jenis dan bentuk puisi.  Namun demikian, ada juga penyair yang ketika menghasilkan karya puisi tidak bertolak dari pemahaman atas unsur-unsur puisi, namun berdasarkan intuisi penyair terhadap fenomena yang disaksikan atau dialami yang diekspresikan menjadi ekspresi yang indah.

Proses kreatif yang dilakukan penyair dalam menulis puisi adalah (1) menyerap informasi; (2) mengolah dan menekuni; (3) mendapatkan atau menghasilkan ide kreatif; (4) merefleksikan ide kreatif ke dalam karya; (5) melakukan elaborasi. Pada tahap awal, penyair meyerap informasi baik yang diperoleh dari fenomena alam (eksternal) maupun berdasarkan pemikiran dan perasaan dalam diri penyair (inside). Dari hasil menyerap informasi tersebut, selanjutnya seorang penyair melakukan pegendapan (inkubasi) dengan titik tinjau dari pendapat diri maupun dari pandangan pembaca. Proses ini bergantung pada ketajaman penyair dalam merefleksikan informasi ke dalam bentuk puisi. Pada saat menuliskan puisi, penyair menggunakan pengetahuan diri tentang teks puisi dan gagasan atau ide puitik sebagai karya seni. Tahap akhir dari proses kreatif menghasilkan puisi adalah proses penyuntingan yang sangat ditentukan oleh pengetahuan penyair atas unsur-unsur pembangun suatu puisi dan pengalaman penyair dalam menghasilkan puisi sebagai karya kreatif. Dari tahap penyuntingan dihasilkan puisi bermutu sebagai hasil akhir dari proses kreatif seorang penyair.

Proses perenungan atau pengendapan seorang penyair dalam menciptakan puisi ditentukan oleh kemampuan intelektual, wawasan, dan pengalaman bersastra. Dalam mengendapkan fenomena atau pemikiran dan perasaan berhubungan dengan insting dan ketajaman perasaan seorang penyair dalam mengolah dan merenungkan persoalan. Oleh karena itu, pada tahap ini ada penyair yang dalam waktu singkat dapat menghasilkan puisi dari proses kreatif namun ada pula penyair yang memerlukan waktu yang agak lama.    

Pada tahap penyuntingan karya puisi sebagai produk kreatif awal, seorang penyair menggunakan pengetahuannya tentang penggunaan unsur-unsur pembangun puisi. Pengetahuan tentang unsur-unsur ini dapat memperindah puisi sehingga dilakukan penerapan diksi yang memiliki rima yang indah dalam suatu puisi atau bahkan menghasilkan suasana puisi yang kreatif. Proses penyuntingan juga sangat bergantung pada pengalaman penyair dalam menghasilkan karya puisi. Dari pengalaman-pengalaman yang dialami penyair dalam memajankan karya kreatif tersebut akan dihasilkan puisi yang indah namun juga enak untuk dibaca atau disajikan kepada public.    

Berdasarkan paparan pengalaman penyair dalam menulis puisi dapat digambarkan bahwa proses kreatif yang dilakukan adalah: (1) menangkap informasi, baik fenomena eksternal (outside) atau pemikiran, perasaan diri, bersifat internal (inside); (2) mengolah informasi hingga mengendap dan mengalami inkubasi; (3) menghasilkan naskah puisi dengan stimulus dari ide puitik dan pengetahuan puitika; (4) melakukan penyuntingan berdasarkan refleksi atas pemenuhan unsur-unsur pembangun puisi agar dapat dipahami dan dinikmati oleh pembaca. Proses kreatif yang dimaksud dapat digambarkan sebagaimana gambar berikut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 1: Proses Kreatif Menulis Puisi

 

 

Berdasarkan paparan proses kreatif yang dilakukan seorang penyair dihubungkan dengan kompetensi dasar dalam kurikulum maka dapat dibuat bahan ajar yang menggabungkan keduanya. Bahan ajar teks puisi yang pengembangan kompetensinya mulai dari pengetahuan sampai dengan keterampilan dengan luarannya adalah teks puisi karya siswa digabungkan dengan proses kreatif. Oleh karena itu, dalam mengembangkan bahan ajar teks puisi untuk siswa SMA perlu diperhatikan proses kratif yang dilakukan oleh para penyair. Pada umumnya, bahan ajar teks puisi dikembangkan berdasarkan pemahaman penulis puisi atas kompetensi dasar yang harus dikuasai.

Adapun kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum adalah: (3.16) mengidentifikasi suasana, tema, dan makna beberapa puisi yang terkandung dalam buku antologi puisi atau kumpulan puisi yang sudah dipublikasikan yang diperdengarkan atau dibaca; (4.16) mendemonstrasikan (membacakan atau memusikalisasikan) satu puisi dari antologi puisi atau kumpulan pisi dengan memerhatikan vocal, ekspresi, dan  intonasi; (3.17) menganalisis unsur-unsur pembangun dalam puisi; dan (4.17) Menulis puisi dengan memerhatikan unsur-unsur pembangunnya. Kompetensi dasar tersebut digabungkan dengan proses kreatif yang dilakukan penyair menjadi bahan ajar. Penggabungan tersebut dapat dibuat dalam peta konsep sebagai berikut.

 

Diagram Peta Konsep

Bahan Ajar Teks Puisi untuk SMA

 

Bahan Ajar teks puisi untuk SMA sebagaimana digambarkan dalam peta konsep di atas selanjutnya divalidasi oleh pakar pembelajaran bahasa dan praktisi atau guru bahasa Indonesia di SMA. Validasi yang dilakukan berdasarkan kajian terhadap ketersesuaian isi dengan kurikulum, penyajian, bahasa, dan grafika. Dari keempat komponen validasi tersebut diperoleh skor dari para validator. Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan mereka diketahui rata-rata skor hasil validasi mencapai 96,75 dari skor total 100. Ini berarti bahwa bahan ajar yang dikembangkan termasuk ke dalam kategoti sangat layak digunakan dalam pembelajaran untuk siswa SMA.

Dari hasil ujicoba bahan ajar teks puisi yang dikembangkan berdasarkan proses kreatif yang dilakukan penyair diketahui bahwa dari hasil uji coba dengan menggunakan desain pratest and posttest design diperoleh nilai thitung lebih besar daripada nilai ttabel.Hal ini berarti bahwa perbedaan rata-rata skor yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran teks puisi melalui bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan proses kreatif dinyatakan dapat dipercaya.

 

Pembahasan 

Bahan ajar teks puisi untuk siswa SMA yang masih terbatas dapat diperkaya dengan upaya guru dalam mengembangkan bahan ajar berdasarkan proses kreatif yang dilakukan oleh penyair dalam menghasilkan karya puisi. Bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kondisi perkembangan peradaban, sehingga siswa dapat dengan mudah memahami bahan ajar yang disajikan dalam pembelajaran. Berdasarkan pengelaman penyair dalam melakukan proses kreatif, ternyata pengetahuan tentang puitika dan pengalaman bersastra memiliki peran dalam menghasilkan karya kreativitas (Kusmana et.al. 2019; .Pengetahuan puitika pada penyair dapat digunakan untuk proses pengendapan fenomena atau pengalaman yang dialami. Sementara itu, pengetahuan tentang unsur-unsur pembangun sebuah puisi menjadi bahan bagi penyair untuk melakukan refleksi atau melakukan penyempurnaan pada tahap revisi hasil karya puisi.

Proses kreatif setiap penyair berbeda-beda, namun secara umum dapat digambarkan bahwa proses kreatif itu hampir sama yaitu mendapatkan ide dari fenomena atau pengalaman, kemudian mengalami proses inkubasi, selanjutnya ketika menghasilkan karya dengan stimulus dari proses imajinasi, dan bagian akhirnya adalah melakukan revisi dengan cara dibaca ulang, mengganti diksi agar memiliki rima, mengubah susunan baris, serta melihat makna secara utuh sehingga diperoleh karya yang kreatif.   

Pengembangan bahan ajar teks puisi berdasarkan proses kreatif merupakan alternative penyediaan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru. Pembelajaran dengan materi berbasis pada teks puisi memiliki luaran agar siswa menghasilkan teks puisi sebagai karya kreatif. Puisi yang dihasilkan siswa lebih bervariasi daripada pembelajaran dengan bahan ajar yang tertera dalam buku teks. Bahan ajar yang dikembangkan seiring dengan proses kreatif yang dilakukan penyair dalam menghasilkan karya puisi. Pembelajaran yang berorientasi pada produk karya siswa perlu dilakukan berdasarkan pengalaman proses menghasilkan karya kreatif tersebut agar tahapan menghasilkan suatu produk sejalan dengan yang dilakukan oleh tenaga professional. Namun demikian, kompetensi dasar yang harus dicapai sebagaimana tertuang dalam kurikulum tetap menjadi materi utama sebagai kompetensi minimal yang harus dimiliki siswa.

Pengembangan bahan ajar perlu ditilik kualitasnya berdasarkan penilaian atas isi atau materi, penyajian, bahasa, dan grafika yang digunakan dalam bahan ajar tersebut. Dari keempat komponen tersebut bahan ajar mengalami proses penyesuaian dengan kerangka dasar sebagaimana dipenuhi dalam pengembangan buku teks pelajaran. Pengembangan bahan ajar pada dasarnya merupakan tugas seorang guru professional, namun tidak seluruh guru memiliki kompetensi tersebut, oleh karena itu hasil-hasil penelitian tentang pengembangan bahan ajar menjadi alternative bagi guru dalam melakukan pemilihan bahan ajar secara bervariasi dalam melaksanakan pembelajaran.

Pembelajaran dengan berorientasi pada produk sebagaimana konsep pedagogik genre dapat meningkatkan antusiasme siswa. Dengan menggunakan tahap (1) membangun konteks; (2) pengenalan model karya kreatif; (3) perancah untuk menghasilkan model; dan (4) menghasilkan karya kreatif secara mandiri. Tahapan pembelajaran seperti ini sesuai dengan penerapan bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan proses kreatif penyair dalam menghasilkan karya puisi. Oleh karena itu respons yang sama juga terjadi pada saat ujicoba pembelajaran menggunakan bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan proses kreatif, respon siswa sangat antusias dan produk karya yang dihasilkan lebih bervasiasi. Bahan ajar teks puisi yang ditambah dengan proses kreatif dalam menghasilkan karya hasilnya sejalan dengan pembelajaran sejenis dari bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan pengalaman penyair dalam meghasilkan teks puisi (Kusmana, Jaja, and Mutiarasari: 2019). Para siswa memiliki respon yang berbeda dengan pembelajaran yang menggunakan bahan ajar yang diambil dari buku teks pelajaran, para siswa terpacu menjadi lebih kreatif dalam menghasilkan teks puisi yang dibuatnya.      

 

Simpulan

Berdasarkan paparan dan pembahasan hasil penelitian dan pengembangan ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1)      Proses kreatif yang dilakukan penyair (1) menyerap informasi dari pancaindra, pengalaman, hasil pemikiran tentang sesuatu yang memiliki potensi menjadi teks puisi; (2) mengolah informasi sampai mengalami proses inkubasi; (3) Melakukan kontemplasi untuk menciptakan karya kreatif; (4) Melakukan elaborasi dan refleksi atas karya kreatif yang dihasilkan; (5) melakukan elaborasi atau menguji sebuah karya puisi. Proses kreatif tersebut pada umumnya dilakukan oleh penyair dalam menghasilkan karya teks puisi bermutu.

2)      Bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan proses kreatif yang dilakukan penyair mendapat validasi sebagai bahan ajar yang memiliki kelayakan, baik dilihat dari isi, penyajian, bahasa, dan grafika. Berdasarkan validasi yang dilakukan pakar pendidikan dan praktisi atau guru pelajaran bahasa Indonesia yang berpengalaman diketahui bahwa bahan ajar yang dikembangkan memiliki isi yang lebih bervariasi dan dapat memotivasi siswa dalam menghasilkan karya sastra yang berkualitas. Dari komponen penyajian bahan ajar mendapatkan penilaian bahwa penyajian bahan ajar lebih bervariasi dan dapat membangkitkan kompetensi bersastra siswa, baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa yang digunakan dalam bahan ajar mendapatkan penilaian sangat sesuai dengan kemampuan dan daya tangkap siswa SMA sehingga materi bahan ajar mudah dipahami oleh para siswa. Demikian pula dengan komponen grafika mendapatkan penilaian baik, dengan menyajikan foto-foto atau gambar penyair bahkan ada contoh pembacaan puisi yang dapat diunduh oleh siswa melalui gawai miliknya sehingga dapat dibuka ketika sudah pulang sekolah.

3)      Penerapan bahan ajar teks puisi yang dikembangkan dari proses kreatif penyair kepada para siswa SMA diperoleh hasil yang efektif. Penerapan bahan ajar di dalam pembelajaran kelas ekperimen lebih baik daripada pembelajaran di kelas control yang menggunakan bahan ajar yang tersedia dalam buku teks pelajaran. Luaran dari pembelajaran teks puisi kelas eksperimen lebih bervariasi dan berupa teks puisi karangan siswa yang memiliki kualitas serta bernilai sastra jika dibandingkan dengan puisi yang dihasilkan siswa dari kelas control. Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan bahan ajar teks puisi yang dikembangkan berdasarkan proses kreatif sangat positif bahkan dapat memotivasi siswa untuk terus mengembangkan kreativitasnya.    

 

   Ucapan Terima Kasih

     Penelitian ini dibiayai dari Sumber Dana Riset Unggulan Universitas (RUU) pada Lembaga Penelitian Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Tahun Anggaran 2018-2019. Oleh karena itu, kami berterima kasih kepada Kepala Lembaga Penelitian dan Rektor UGJ yang telah memfasilitasi kegiatan penelitian yang kami lakukan.

      

Referensi

Anindita, Kun Anindyan. (2017) Diction in Poetry Anthology Surat Kopi by Joko Pinurbo as APoetry Writing Teaching Material.International Journal of Active Learning(IJAL) Vol 2 (1) 2017. Web http://journal.unnes.ac.id

Brian, Tomlinson.(2012) Mqaterial Development for Language Learning and Teaching. Language Teaching.Cambridge 45 (2). April 2012 143-179.

Buonanno, Giovanna. 2007. Mapping Gendrered Identity Across Language and Cultures in Grace Nicols' Writing. Gale Educational Databased. Culture and Literature.Ege University.

Damono, S.D. (2012). Sihir Rendra: Permainan Makna. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Daryanto dan Dwicahyono.(2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran (Silabus, RPP, PHB, Bahan Ajar). Yogyakarta: Gava Media.

Dewi, W. (2009).Belajar Menuang Ide dalam Puisi, Cerita, Drama.Klaten: PT: Intan Pariwara.

Du Toit, C. 2014. Towards a Vocabulary for Visual Analysis: Using Picture Books to Develop Visual Literacy with Pre-Service Teachers. Mousaion, 32 (2).

Hamdani.(2011). Strategi Belajar Mengajar.Bandung: CV. Pustaka setia.

Hartati, Tatat. (2017) Conferencing Approach in Promoting Writing Ability: A Classroom Action Research Study on Language Creative Writing in Indonesian Language. International Journal of Applied Linguistics. Vol 7 (2) 294-301.

Hidayati, Nurul dan Ida Zulaeha. (2018) The Effectiveness of Poetry Reading Learning Using Dralatader Model on Extrovert and Introvert Senior High School Student. Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 7 (1).

Hidayati, L. (2012). Menumbuhkan Karakter Positif dengan Menulis Puisi.Yogyakarta: Fire Publisher.

Iskandarwasid dan Dadang Sukandar (2012) Strategi Belajar Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 

Jabrohim, dkk (2009).Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Janice, Murray dan Juliet Goldbart. (2009) Cognitive and language acquisition in typical and aided language learning: A Review of Recent Evidence from an Aided Communication Perspective. Child Language Teachingand Therapy; London Vol. 25, Iss. 1, (Feb 2009).

Johnson, Hilary. Supporting Creative and Reflective Processes.International Journal of Human-Computer Studies. Oct 2006. Vol 64 (10).

Komaidi, D. (2011). Panduan Lengkap Menulis Kreatif dan Praktek.Yogyakarta: Sabda Media.

Kusmana, Suherli (2016) Orientasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013.Prosiding Seminar Nasional. 17 September 2016.Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Ahmad Dahlan.

Kusmana, S., Jaja W., Mutiarasari. (2019)The Development of Poetry Text Materials Based on Poet’s Experience. Advances in Social Science, Education and Humanities Research, Volume 297. April, 2019.  Web: https://doi.org/10.2991/icille-18.2019.80

Laksana, A.S. (2013) Creative Writing: Tip dan Strategi Menulis Cerpen dan Novel. Jakarta: Gagas Media.

Lee, Kyung Hwa. (2005). The Relationship Between Creative Thingking Ability and Creative Personality of Preschoolers. 10 International Educational Journal. Vol, 6. No. 2 Hal. 194-199

Lestari, I. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Kompetensi (sesuai dengan kurikulum KTSP). Padang: Akademia Permata.

Majid, A. (2012). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Rosdakarya.

Mulyasa.(2006). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan.Bandung : Remaja Rosadakarya Offset.

Nag, S., Snowling, M. J., & Mirković, J. (2018). The role of language production mechanisms in children's sentence repetition: Evidence from an inflectionally rich language. Applied Psycholinguistics, 39(2), 303-325

Noor, A.Z. (2011). Puisi dan Bulu Kuduk: Perihal Apresiasi dan Proses Kreatif. Bandung: Penerbitan Nuansa.

Nurudin.(2012). Dasar-Dasar Penulisan.Malang: UMM Press.

Prastowo, A. (2013). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.

Priyatni.(2015). Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.

Ruhimat, T. (2011).Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.

Sayuti, Suminto, A. (2010). Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gramedia

Sasaki, H., Iwasaki, S., & Takeya, M. (2006). Implementation of a Framework for Development of Teaching Material Using Distributed Sharing Virtual Space. Systems and Computers in Japan, 37(14), 97- 106.

Setiawan, Wawan dan Andik Yuliyanto. (2017) Wajah “Ryonen” dalam Puisi “Biara” Karya A. Muttaqin. Jurnal Pena Indonesia, Vol 3 No 1 Maret 2017.

Setyosari, P. (2013). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Siswanto, W. (2008).Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT. Grasindo.

Sugiarto, E. (2013). Cara Mudah Menulis Pantun, Puisi, Cerpen. Yogyakarta: Khitah Publishing.

Sugiyono.( 2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukino.(2010). Menulis itu Mudah.Yogyakarta: Pustaka Populer LKIS.

Sukmadinata.(2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya dan Program Pascasarjana UPIShabani, Karim, Mohamad Khatib, Saman Ebadi. (2010) Vygotsky's Zone of Proximal Development: Instructional Implications and Teachers' Profesional Development. English Language Teaching.Vol 3 (4) Desember 2010.

Suryadi, dkk. 1986. Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang. Jakarta. PT. Gunung Agung.

Taisin, Norjietta Julita (2014) Genre Puisi Lisan Tradisional Kadazandusun (Sudawil): Bahasaperlanan Dalam Sudawil Percintaan dan Kasih Sayang Dari Dimensi Alam Dan Budaya. ICLALIS 2013. Procedia: Sosial and Behavioral Science 134 (2014) 291 – 297.

Waluyo, H. J. (2003). Apresiasi Puisi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Turkmen, Hakan. (2015). Creative Thingking Skills Analyzes of Vocational High School Student. Journal of Educational and Instructional Studies in The World : Vol, 5. No. 10, Hal. 74-84

Warsidi, E. (2009). Pengetahuan Tentang Puisi. Bandung: PT. Sarana Ilmu Pustaka.

Yee, M.H., J. Md. Yunos W. Othman R. Hassan T. K. Tee Mimi Mohaffyza Mohamad. (2015) Disparity of Learning Styles and Higher Orger Thinking Skills among Technical Students. Procedia, Social Behavioral Sciences. 204 (2015) 143-152.

Yee, M.H., J. Md. Yunos W. Othman R. Hassan T. K. Tee Mimi Mohaffyza Mohamad. (2015) Disparity of Learning Styles and Higher Orger Thinking Skills among Technical Students. Procedia, Social Behavioral Sciences. 204 (2015) 143-152.

Setiawan, Wawan dan Andik Yuliyanto. (2017) Wajah “Ryonen” dalam Puisi “Biara” Karya A. Muttaqin. Jurnal Pena Indonesia, Vol 3 No 1 Maret 2017.   

Anindita, Kun Anindyan. (2017) Diction in Poetry Anthology Surat Kopi by Joko Pinurbo as A Poetry Writing Teaching Material. International Journal of Active Learning (IJAL) Vol 2 (1) 2017. Web http://journal.unnes.ac.id

Du Toit, Christine. (2014) Towards A Vocabulary For Visual Analysis: Using Picture Books To Develop Visual Literacy With PreService Teachers, Mousaion, Vol. 32, No. 2, Pp. 25–47, 2014.