oleh: Dr. H. Suherli, M.Pd.
1. Pendahuluan
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Adapun fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Fokusmedia, 2003).
Pendidikan akan berhasil jika peserta didik mengalami perubahan ke arah positif dalam berbagai aspek. Buku akan sangat membantu dalam pencapaian perubahan ini. Oleh karena itu, cukup beralasan apabila pemerintah dan semua pihak dapat mengembangkan pengadaan buku, baik buku teks pelajaran, buku panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi. Untuk keperluan ini diperlukan langkah-langkah pengendalian dan pemantauan agar keberadaanya benar-benar dapat membantu peningkatan mutu pendidikan serta sekaligus merupakan sarana yang efektif dalam mencapai tujuan pendidikan. Hal ini sejalan dengan Permendiknas Nomor 11/2005 Pasal 2 yang intinya menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, selain menggunakan buku teks pelajaran sebagai acuan wajib, guru dapat menggunakan buku pengayaan dalam proses pembelajaran dan menganjurkan peserta didik membacanya untuk menambah pengetahuan dan wawasan (Pusat Perbukuan Depdiknas, 2005:3).
Buku pengayaan di masyarakat sering dikenal dengan istilah buku bacaan atau buku kepustakaan. Buku ini dimaksudkan untuk memperkaya wawasan, pengalaman, dan pengetahuan pembacanya. Buku pengayaan diartikan sebagai buku yang memuat materi yang dapat memperkaya dan meningkatkan penguasaan ipteks dan keterampilan; membentuk kepribadian peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat lainnya. Buku ini dapat menjadi bacaan bagi peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat lainnya. Adapun karakteristik buku pengayaan adalah (1) Materi dapat bersifat kenyataan atau rekaan; (2) Pengembangan materi tidak terkait langsung dengan kurikulum atau kerangka dasarnya; (3) Materi disajikan secara popular atau teknik lain yang inovatif; (4) Penyajian materi dapat berbentuk deskripsi, eksposisi, argumentasi, narasi, puisi, dialog, dan/atau menggunakan penyajian gambar; (5) Penggunaan media bahasa atau gambar dilakukan secara inovatif dan kreatif.
2. Jenis-jenis Buku Pengayaan
Berdasarkan dominasi materi/isi yang disajikan di dalamnya, buku pengayaan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu kelompok buku pengayaan: (1) pengetahuan, (2) keterampilan, dan (3) kepribadian. Setiap jenis buku pengayaan kadang-kadang sulit dibedakan, namun jika dikaji berdasarkan materi/isi yang mendominasi di dalamnya maka dapat ditetapkan ke dalam salah satu jenis buku pengayaan.
Buku pengayaan pengetahuan adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, dan menambah kekayaan wawasan akademik pembacanya. Adapun ciri-ciri buku pengayaan pengetahuan adalah:
1) Materi/isi buku bersifat kenyataan;
2) Pengembangan isi tulisan tidak terikat pada kurikulum;
3) Pengembangan materi bertumpu pada perkembangan ilmu terkait; dan
4) Bentuk penyajian berupa deskriptif dan dapat disertai gambar;
5) Penyajian isi buku dilakukan secara popular.
Contoh judul buku pengayaan pengetahuan adalah:
§ Tanaman Obat Penyembuh Ajaib karya Herminia de Guzman-Ladion.
§ Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis karya Eddy Prahasta.
§ Pemugaran Candi Tikus karya Sri Sugiyanti, dkk.
§ Tumbuhan Berkhasiat karya Dadi Gundayana
Buku pengayaan keterampilan adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya penguasaan keterampilan bidang tertentu. Adapun ciri-ciri buku pengayaan keterampilan adalah:
1) Materi/isi buku mengembangkan keterampilan yang bersifat faktual;
2) Materi/isi buku berupa prosedur melakukan suatu jenis keterampilan;
3) Penyajian materi dilakukan secara prosedural
4) Bentuk penyajian dapat berupa narasi atau deskripsi yang dilengkapi gambar/ilustrasi.
5) Bahasa yang digunakan bersifat teknis.
Contoh judul buku pengayaan keterampilan adalah:
§ Membuat Mesin Tetas Elektronik karya Kelly S.
§ Budidaya Ayam Bangkok karya Dudung Abdul Muslim.
§ Petunjuk Perawatan Anggrek karya Hadi Iswanto.
§ Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan karya Ny. Rusina S. Pamuntjak.
Buku pengayaan kepribadian adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya kepribadian atau pengalaman batin seseorang. Adapun ciri-ciri buku pengayaan kepribadian adalah:
1) Materi/isi buku dapat bersifat faktual atau rekaan;
2) Materi/isi buku meningkatkan dan memperkaya kualitas kepribadian atau pengalaman batin;
3) Penyajian materi/isi buku dapat berupa narasi, deskripsi, puisi, dialog atau gambar;
4) Bahasa yang digunakan bersifat figuratif.
Contoh judul buku pengayaan kepribadian:
Layar Terkembang karya St. Takdir Alisyahbana.
Merakit dan Membina Keluarga Bahagia karya W. Jay Batra dkk.
Mendidik Anak dalam Keluarga Masa Kini karya R.I. Suhartin C.
Membangun Kreativitas karya Anna Craft.
Dicabik Benci dan Cinta 2 karya Marga T.
Pedang Raja karya Yaseoulrok.
Blues untuk Bonie karya W.S. Rendra
Dengan memahami jenis-jenis buku pengayaan sebagaimana diungkapkan, seorang penulis dapat memilah fokus penulisan buku pengayaan. Apabila penulis hanya ingin menyajikan informasi tentang sesuatu hal, maka tulisan yang disajikannya termasuk ke dalam pengayaan pengetahuan. Apabila penulis, selain menyampaikan informasi ia ingin agar pembaca melakukan kegiatan atau keterampilan tertentu maka tulisan yang disajikannya termasuk ke dalam pengayaan keterampilan. Jika penulis selain menyampaikan informasi namun berharap terdapat dampak pada perubahan kepribadian pembaca atau dapat “menyentuh” psikhis pembaca maka tulisan yang dibuatnya adalah pengayaan kepribadian. Namun, ketiga jenis tulisan ini dapat memperkaya pembaca sehingga dinamakan buku pengayaan.
Berdasarkan ilustrasi di atas dapat dinyatakan bahwa seorang penulis dengan mengusung topik tertentu, mungkin saja tulisannya menjadi jenis pengayaan pengetahuan dan mungkin pula menjadi tulisan pengayaan keterampilan. Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa jika seorang penulis akan mengangkat topik “Jagung Hibrida”, tulisannya mengupas secara faktual tentang ilmu pengetahuan atau teknologi yang berhubungan dengan jagung hibrida, maka tulisannya berupa pengayaan pengetahuan. Namun, jika tulisannya mengupas cara bertanam jagung hibrida maka tulisannya itu termasuk ke dalam jenis pengayaan keterampilan. Demikian pula jika jagung hibrida ditulis dalam bentuk cerita rekaan atau kisah nyata yang dapat memperkaya pengalaman batin atau psikhis pembaca maka tulisannya itu termasuk ke dalam jenis pengayaan kepribadian.
3. Teknik Menulis Buku Pengayaan
Buku pengayaan merupakan buku yang dapat memperkaya dan meningkatkan penguasaan ipteks, keterampilan, dan membentuk kepribadian peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat lainnya. Buku jenis ini tidak semata-mata dimaksudkan hanya untuk peserta didik (siswa) namun dapat pula digunakan oleh pihak lain atau masyarakat pada umumnya. Buku pengayaan dapat digunakan guru dalam memperkaya hasil proses pembelajaran dan guru dapat menganjurkan peserta didik untuk membaca buku-buku jenis ini.
Keberagaman jenis buku ini masih sangat sedikit. Untuk itu sangat diperlukan pembinaan kepada para penulis atau para guru yang berminat menulis buku pengayaan. Untuk dapat menulis buku pengayaan diperlukan pengenalan teknik penulisan yang handal agar dapat meningkatkan kualitas buku tersebut dan hasilnya berfungsi sebagai pengaya bagi peserta didik.
Sesuai dengan fungsinya sebagai buku pengayaan dalam proses pembelajaran di sekolah (SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK), penulis buku pengayaan harus memerhatikan tiga aspek, yaitu yang berkaitan dengan materi/isi buku, penyajian materi/isi, kaidah bahasa atau ilustrasi yang digunakan, dan aspek grafika suatu buku yang layak untuk digunakan di sekolah.
3.1 Aspek Materi/Isi Buku
Dalam menulis buku pengayaan (baik pengetahuan, keterampilan, maupun kepribadian) harus memerhatikan tiga kriteria pokok, yaitu:
(1) Memiliki kesesuaian dengan tujuan pendidikan;
(2) Menyesuaikan dengan perkembangan ilmu;
(3) Mengembangkan kemampuan bernalar.
Ketiga kriteria ini harus terpenuhi dalam mengusung materi atau isi buku pengayaan. Buku pengayaan dapat digunakan untuk mendidik pembaca dalam rangka mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kriteria pertama, “memiliki kesesuaian dengan tujuan pendidikan” dijadikan dasar karena materi buku pengayaan diharapkan dapat membantu pencapaian tujuan pendidikan. Materi buku pengayaan harus sesuai dengan tujuan pendidikan, yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tentu saja, kriteria ini tidak terungkap secara eksplisit dalam materi buku pengayaan melainkan materi atau isi buku tersebut memiliki kesesuaian dengan upaya pencapaian tujuan ini. Oleh karena itu, seorang penulis dapat mengusung materi dalam buku pengayaan berdasarkan indikator dari kriteria ini, yaitu materi atau isi (a) mendukung pencapaian tujuan pendidikan; (b) mengembangkan tujuan pendidikan, dan (c) tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan.
Kriteria “menyesuaikan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (Ipteks)” dimaksudkan bahwa materi buku pengayaan itu tidak bertentangan dengan perkembangan dan konsep Ipteks. Indikator dari kriteria ini adalah materi atau isi buku pengayaan itu (a) sesuai dengan kebenaran konsep keilmuan; (b) sesuai dengan perkembangan Ipteks; (c) sesuai dengan kondisi dan data mutakhir; (d) sesuai dengan kenyataan atau bersifat faktual. Apabila penulis buku pengayaan menyusun materi, maka materi yang ditulis harus sesuai dengan kebenaran konsep keilmuan, sesuai dengan perkembangan Ipteks, sesuai dengan kondisi mutakhir dan sesuai dengan kenyataan faktual.
Kriteria, “mengembangkan kemampuan bernalar” dimaksudkan bahwa materi buku pengayaan itu harus dapat mendorong pembacanya untuk bernalar atau berpikir. Indikator dari kriteria ini adalah mendorong pembaca untuk berpikir (a) kritis; (b) kreatif; dan (c) inovatif. Pada setiap lembaga pendidikan pembelajaran berpikir tidak secara khusus dilakukan sebagai mata pelajaran, melainkan diselipkan dalam kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Oleh karena itu, apabila menulis buku pengayaan, materi yang ditulis harus dapat menjalankan fungsi mengembangkan kemampuan bernalar.
1) Kriteria Khusus Materi Buku Pengayaan Pengetahuan
Aspek yang menjadi ciri khusus buku pengayaan pengetahuan adalah “mengembangkan nilai-nilai moral dan budaya”. Aspek ini dimaksudkan agar buku pengayaan pengetahuan itu dapat mengembangkan nilai-nilai moral bangsa Indonesia sebagai nilai luhur yang merupakan karakter bangsa Indonesia. Selain itu, nilai-nilai budaya bangsa Indonesia pun perlu terus dikembangkan termasuk materi yang diusung dalam buku pengayaan pengetahuan. Untuk itu, indikator dari aspek ini adalah materi buku pengayaan (a) mengembangkan nilai-nilai moral dan budaya bangsa Indonesia; (b) tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral bangsa Indonesia; dan (c) tidak bertentangan dengan nilai-nilai budaya bangsa.
2) Kriteria Khusus Materi Buku Pengayaan Keterampilan
Aspek yang harus diperhatikan sebagai ciri khusus dalam materi buku pengayaan keterampilan adalah bahwa materi:
(1) Memiliki manfaat bagi kehidupan; dan
(2) Mengembangkan kecakapan hidup.
Kedua aspek ini harus diperhatikan dalam menulis buku pengayaan keterampilan.
Materi buku pengayaan keterampilan harus memiliki manfaat bagi kehidupan pembaca, khususnya bagi peserta didik. Dengan demikian, materi dalam buku jenis ini adalah keterampilan-keterampilan yang bermanfaat dalam kehidupan siswa harus terusung dalam materi buku pengayaan keterampilan. Oleh karena itu, indikator dari aspek ini adalah: (a) dapat digunakan untuk memecahkan masalah; (b) dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya; dan (c) dapat mendorong “jiwa kewirausahaan” atau berusaha untuk mencari dan melakukan sesuatu.
Materi buku pengayaan keterampilan juga harus dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skills) pembaca, terutama bagi peserta didik. Kecakapan hidup yang harus dikembangkan sebagai materi buku pengayaan keterampilan adalah kecakapan akademik, sosial, dan kejuruan. Oleh karena itu, indikator dari aspek ini adalah (a) mengembangkan kecakapan akademik; (b) mengembangkan kecakapan sosial; dan (c) mengembangkan kecakapan kejuruan atau motorik.
3) Kriteria Khusus Materi Buku Pengayaan Kepribadian
Dalam menulis buku pengayaan kepribadian, selain memenuhi tiga kriteria pokok di atas, materi dalam buku pengayaan kepribadian harus berupa materi yang dapat:
(1) Membangun mental-emosional;
(2) Membangun pribadi arif dan berwibawa; dan
(3) Mendorong sikap empati dan apresiasi.
Ketiga aspek ini menjadi pelengkap kriteria materi buku pengayaan kepribadian.
Materi buku pengayaan kepribadian harus dapat membangun mental emosional pembaca, khususnya peserta didik. Dalam membangun mental-emosional pembaca melalui materi buku pengayaan kepribadian dapat dilakukan melalui uraian materi atau isi buku yang dapat mengembangkan jiwa sportif, sikap yang mampu mengendalikan diri dari hal-hal yang merugikan, sikap percaya diri, dan kedewasaan diri, baik dewasa mental, spiritual, maupun emosional. Oleh karena itu, indikator dari membangun mental-emosional dalam menulis buku pengayaan kepribadian adalah materi atau isi buku yang (a) mengembangkan jiwa sportivitas; (b) sikap pengendalian diri; (c) sikap percaya diri; dan (d) mendorong kedewasaan mental, spiritual, dan emosional.
Materi buku pengayaan kepribadian harus dapat membangun pribadi yang arif dan berwibawa. Materi yang mencerminkan pribadi arif dan berwibawa dalam buku pengayaan kepribadian ditunjukkan melalui pesan (message) atau kisah/cerita tokoh utama sebagai figur yang memiliki sikap komitmen terhadap tugas, berjiwa solider, mandiri dan memiliki keyakinan diri, dapat dipercaya, dan konsisten. Oleh karena itu, indikator dari aspek membangun pribadi yang arif dan berwibawa dalam menulis buku pengayaan kepribadian diungkapkan melalui isi atau pesan yang dapat (a) mengembangkan sikap komitmen terhadap tugas; (b) membangun jiwa solidaritas; (c) mendorong kemandirian dan keyakinan diri; (d) mengembangkan sikap dan perilaku yang dapat dipercaya; dan (e) mengembangkan sikap dan perilaku konsisten.
Materi buku pengayaan kepribadian harus dapat mendorong sikap empati dan apresiasi. Sikap empati itu dapat ditunjukkan melalui “ikut merasakan apa yang dialami” tokoh utama, terutama ketika mengalami suatu tekanan atau kejadian menyedihkan. Sikap apresiasi ditunjukkan melalui perilaku yang dapat mengekspresikan “apa yang dirasakan orang lain” atau tokoh utama, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Sikap empati dan apresiasi juga dapat ditunjukkan oleh sikap menghargai orang lain, dalam perbedaan atau kesamaan sebagai seseorang yang memiliki jiwa demokratis atau jiwa merdeka. Oleh karena itu, indikator materi yang memenuhi aspek mendorong sikap empati dan apresiasi dapat ditunjukkan melalui isi atau pesan yang dapat (a) mengembangkan sikap “ikut merasakan apa yang dialami orang lain”; (b) mengembangkan perilaku yang mengekspresikan “apa yang dirasakan orang lain”; dan (c) mengembangkan sikap menghargai orang lain secara demokratis dan berjiwa merdeka.
3.2 Aspek Penyajian Materi
Dalam menyajikan materi dalam buku pengayaan (baik pengetahuan, keterampilan, maupun kepribadian) harus memerhatikan empat kriteria pokok, yaitu:
(1) Sistematikanya logis;
(2) Penyajian Materi mudah dipahami;
(3) Merangsang pengembangan kreativitas;
(4) Menghindari masalah SARA, Bias Jender, serta Pelanggaran HAM & Hak Cipta.
Keempat kriteria ini harus diperhatikan oleh penulis buku pengayaan dalam menyajikan materi/isi buku.
Penyajian materi buku pengayaan harus logis dan sistematis. Kelogisan sajian materi ini ditandai oleh penataan bagian-bagian yang disajikan secara apik, baik secara deduktif maupun induktif. Selain itu, materi buku pengayaan harus sistematis baik berdasarkan pertimbangan urutan waktu, ruang, maupun jarak yang disajikan secara teratur. Penulis buku pengayaan harus dapat mengarahkan kerangka berpikir (mind frame) pembaca melalui penyajian materi yang logis dan sistematis.
Penyajian materi buku pengayaan harus mudah dipahami. Pesan yang sangat dalam dan berharga dalam buku akan menjadi sia-sia apabila isi buku sulit dipahami pembaca karena penyajiannya “berat”. Untuk itu, seorang penulis buku pengayaan harus dapat menyajikan materi/isi dalam bentuk yang familiar (intim) dengan pembaca sasaran (siswa). Materi buku pengayaan akan mudah pula dipahami oleh pembaca jika materi disajikan dalam suasana yang menyenangkan dan tidak membuat pembaca berpikir terlalu “berat”. Selain itu, untuk memudahkan penyajian buku, penulis buku pengayaan harus dapat melengkapi materi atau isi buku dengan ilustrasi (gambar atau foto) dan pesan (ilustrasi dengan bahasa). Oleh karena itu, indikator penyajian buku mudah dipahami adalah (a) penyajian materi dalam buku familiar dengan pembaca; (b) penyajian materi dapat menimbulkan suasana menyenangkan; (c) penyajian materi dilengkapi dengan ilustrasi.
Penyajian materi buku pengayaan harus dapat merangsang kreativitas pembaca, khususnya peserta didik. Rangsangan kreativitas yang harus dapat tercipta melalui penyajian buku pengayaan, misalnya aktivitas kreatif dan akademis, fisik dan psikhis, dan dorongan untuk mencoba melakukan hal-hal yang positif. Indikator penyajian buku pengayaan yang merangsang pengembangan kreativitas ini ditandai oleh indikator penyajian materi buku yang: (a) mendorong pembaca untuk melakukan aktivitas akademik dan kreatif; (b) mengarah pada pengembangan aktivitas fisik atau psikhis; (c) merangsang pembaca untuk mencoba melakukan hal-hal yang positif.
Penyajian materi buku pengayaan harus menghindari masalah SARA, bias jender, pelanggaran HAM dan Hak Cipta karena masalah-masalah ini masih sangat peka. Penulis buku pengayaan harus memprediksi masalah yang akan timbul karena perbedaan Suku, Agama, Ras (keturunan), dan Antar Golongan (SARA) sehingga dalam menyajikan materi dilakukan secara cermat. Penyajian materi buku pengayaan harus juga menghindari persoalan yang dimungkinkan dapat timbul dari diskriminasi jender (wanita atau laki-laki). Perlakuan jender secara berbeda dalam materi pengayaan dapat memunculkan permasalahan yang sangat serius. Selain itu, penyajian materi buku pengayaan harus menghindari pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Penyajian materi harus menghindari pelanggaran Hak Cipta, baik dari tinjauan orisinalitas gagasan maupun bentuk terjemahan yang perlu disajikan secara jelas.
1) Kriteria Khusus Penyajian Buku Pengayaan Pengetahuan
Aspek yang harus diperhatikan sebagai ciri khusus dalam materi buku pengayaan pengetahuan adalah bahwa penyajian materi seharusnya dapat:
(1) Menumbuhkan motivasi untuk mengetahui lebih jauh
(2) Mengembangkan kecakapan akademik
Selain empat kriteria pokok di muka, seorang penulis harus memerhatikan pula aspek-aspek ini dalam menyajikan buku pengayaan pengetahuan.
Penyajian buku pengayaan pengetahuan harus dapat menumbuhkan motivasi pembaca untuk mengetahui lebih jauh. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyajikan materi buku pengayaan yang menumbuhkan motivasi untuk mengetahui lebih jauh ditandai oleh penyajian materi yang (a) mendorong keingintahuan pembaca; (b) mendorong minat untuk mengumpulkan informasi; (c) mendorong untuk mencari buku/teks sejenis.
Penyajian materi buku seharusnya dapat mengembangkan kecakapan akademik. Menulis buku pengayaan yang mengembangkan kecakapan akademik itu ditandai oleh indikator (a) menuntun pembaca untuk menggali informasi; (b) menuntun kecakapan dalam memecahkan masalah; (c) menuntun untuk mengambil keputusan.
2) Kriteria Khusus Penyajian Buku Pengayaan Keterampilan
Aspek yang harus diperhatikan dalam menyajikan materi buku pengayaan keterampilan adalah bahwa penyajian materi seharusnya:
(1) Menyertakan kelengkapan sajian
(2) Mudah untuk diterapkan
Kedua kriteria ini harus diperhatikan dalam menulis buku pengayaan keterampilan.
Dalam menulis buku pengayaan keterampilan, seorang penulis harus dapat menyertakan sajian secara lengkap dan mudah diterapkan. Apabila penyajian materi keterampilan tidak disajikan secara lengkap maka akan sulit dipahami prosedur kegiatan yang dilakukan. Oleh karena itu, dalam menulis buku pengayaan keterampilan seharusnya penulis (a) melengkapinya dengan informasi bahan yang digunakan, alat-alat yang dipakai, dan formula yang dapat ditiru oleh pembaca; (b) melengkapi materi dengan paparan tentang prosedur kerja; dan (c) melengkapinya dengan standar keselamatan kerja dalam menerapkan prosedur-prosedur yang telah dipaparkan.
Penyajian materi pengayaan keterampilan harus mudah untuk diterapkan atau diikuti langkah-langkahnya oleh pembaca. Untuk memenuhi ini seorang penulis harus memerhatikan penyajian secara (a) praktis dan mudah dilakukan oleh pembaca sasaran; (b) sederhana (tidak kompleks) tahapan-tahapan yang harus dilakukan; (c) jelas tahapan dan penerapannya.
3) Kriteria Khusus Penyajian Buku Pengayaan Kepribadian
Aspek yang harus diperhatikan dalam menyajikan materi buku pengayaan, selain kriteria pokok di atas, dalam menulis buku pengayaan kepribadian dapat “menyajikan bacaan yang sesuai” Dalam menyajikan materi dapat menggunakan referensi yang sesuai (kecuali tulisan berbentuk prosa, puisi, atau drama). Selain itu, materi yang disajikan menggunakan jenis bacaan narasi yang sesuai. Apabila penulis buku pengayaan kepribadian mengusung deskripsi atau naskah biografi dapat menggunakan contoh-contoh perilaku yang positif dari kehidupan nyata. Oleh karena itu, dalam menyajikan buku pengayaan kepribadian, seorang penulis harus (a) menggunakan referensi yang sesuai dan relevan; (b) menggunakan jenis bacaan yang sesuai; (3) menggunakan contoh-contoh perilaku positif yang ada dalam berkehidupan nyata.
3.3 Aspek Kaidah Bahasa dan Ilustrasi
Dalam menulis buku pengayaan (baik pengetahuan, keterampilan, maupun kepribadian) harus memerhatikan kriteria penggunaan kaidah bahasa dan ilustrasi, yang meliputi:
(1) Kesesuaian ilustrasi dengan bahasa
(2) Keterpahaman bahasa atau ilustrasi
(3) Ketepatan dalam menggunakan bahasa
(4) Ketepatan dalam menggunakan gambar/foto/ilustrasi
Keempat kriteria ini harus diperhatikan oleh penulis buku pengayaan agar terbangun komunikasi yang harmonis antara penulis dengan pembacanya.
Dalam menulis buku pengayaan, seorang penulis harus memerhatikan kesesuaian ilustrasi dengan bahasa. Kesesuaian ini ditunjukkan melalui proporsi antara bahasa dengan ilustrasi secara logis dan serasi. Oleh karena itu, dalam menulis buku pengayaan harus memerhatikan indikator penggunaan bahasa dan ilustrasi (a) secara proporsional dan (b) serasi.
Buku pengayaan yang ditulis harus dapat dipahami pembacanya. Untuk itu, dalam menggunakan bahasa dan ilustrasi untuk berkomunikasi dalam buku, seorang penulis harus memerhatikan perkembangan kognisi sasaran pembaca. Namun, penggunaan ilustrasi dalam buku pengayaan kadang-kadang tidak membantu memberikan kejelasan pada teks (bahasa) yang digunakan. Dengan demikian, ilustrasi perlu dilengkapi dengan keterangan. Oleh karena itu, dalam meningkatkan keterpahaman pembaca terhadap bahasa dan ilustrasi dalam buku pengayaan, seorang penulis harus menggunakan (a) bahasa dan ilustrasi yang sesuai dengan perkembangan kognisi pembaca sasaran; (b) ilustrasi yang jelas dan dilengkapi dengan keterangan.
Kaidah bahasa dalam buku pengayaan harus diperhatikan sekali oleh penulis. Kekurangcermatan dalam menerapkan kaidah bahasa seringkali membuat komunikasi tertulis pembaca terganggu, bahkan mungkin pembaca mencampakkan buku itu. Oleh karena itu, dalam menulis buku pengayaan, seorang penulis harus menggunakan (a) ejaan secara benar; (b) kata dan istilah dengan tepat; (c) kalimat dengan baik dan benar; (d) paragraf yang harmonis dan kompak.
Ketepatan dalam menggunakan gambar, foto, atau ilustrasi dalam buku pengayaan harus tepat dan berfungsi. Penggunaan gambar yang semena-mena tidak akan dapat meningkatkan keterbacaan dan keterpahaman pembaca. Oleh karena itu, dalam menggunakan gambar, foto, atau ilustrasi dalam buku pengayaan harus menggunakan (a) ukuran dan bentuk yang sesuai dan menarik; (b) warna gambar yang sesuai dan fungsional.
4. Langkah-langkah Menulis Buku Pengayaan
Banyak penulis pemula yang sering terhambat ketika baru mulai menulis. Hal ini karena kekurangjelasan pemahaman mereka pada mekanika penulisan. Untuk mengantisipasi hambatan tersebut, di bawah ini disajikan prinsip yang dapat dijadikan acuan dalam penulisan buku pengayaan. Tahapan yang dimaksud, adalah:
1) Penulis perlu membaca buku-buku yang tergolong ke dalam klasifikasi buku pengayaan (pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian) yang digemari oleh pembaca (best seller) agar terbiasa dengan gaya tulisan yang disukai pembaca.
2) Penulis harus mengkaji asal mula gagasan penulisan yang baik muncul, misalnya gagasan terbaik yang muncul dari kehidupan langsung (kontekstual).
3) Penulis harus memahami betul untuk siapa buku tersebut ditulis. Perlu dipastikan sasaran pembaca yang diharapkan penulis dan perlu diingat bahwa buku tersebut bukan untuk diri penulis.
4) Penulis harus memahami tujuan penulisan buku. Dari awal penulis harus memastikan apakah tujuan penulisan dimaksdukan untuk tujuan memperkaya pengetahuan, keterampilan, atau kepribadian atau untuk tujuan lainnya.
5) Penulis harus memastikan hal-hal yang dijadikan pertimbangannya kepada pembaca, sehingga penulis harus memahami ketertarikan pembaca dan kebutuhan emosionalnya.
6) Penulis harus mampu membedakan antara kebutuhan literari dengan literasi (melek wacana) pembaca , dan memenuhi kedua kebutuhan ini dalam waktu bersamaan.
7) Penulis harus berpendapat bahwa pembaca sebenarnya pintar,, menyukai tantangan dan kreativitas (rima, ritme dan repetisi).
8) Penulis perlu mempersiapkan ilustrasi yang diguanakan, jika perlu sebaiknya sejak awal melibatkan seorang illustrator. Biasanya dalam menulis terdapat banyak hal yang tidak tepat jika diungkapkan dengan kata-kata, namun jika menggunakan gambar akan jauh lebih efektif.
Sebelum memulai menulis buku pengayaan, seorang penulis pemula dapat mengikuti tahapan berikut sebagai dasar dalam melatih diri secara efektif. Tahap-tahap yang dimaksud adalah:
(1) Membaca buku-buku pengayaan (pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian) yang dianggap bagus secara berulang-ulang;
(2) Membuat tulisan asli, jangan meniru gagasan atau struktur dari buku-buku pengayaan yang sudah dikenal.
(3) Memastikan tulisan akan memberi dampak emosional (pembaca harus mengalami perubahan karena membaca).
(4) Memastikan bahwa isi bacaan menarik untuk pembaca di berbagai usia, sekalipun pembaca sasaran telah ditetapkan;
(5) Menulis deskripsi dengan memerhatikan pesan “tunjukkanlah, jangan hanya menceritakan”.
(6) Penulis harus selalu ingat bahwa rahasia menulis yang baik adalah menulis ulang.
(7) Penulis harus memastikan bahwa naskah ditulis secara efektif, baik ejaan, kata, istilah, kalimat, maupun paragraf sesuai dengan kaidah bahasa dan berbahasa.
(8) Penulis pemula harus tetap yakin jika terjadi “penolakan naskah” dari penerbit maka lakukan penulisan ulang, berpikir ulang, dan kirim ke percetakan/penerbit lain.
5. Penutup
Buku pengayaan (pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian) merupakan buku yang dapat digunakan peserta didik di sekolah untuk menambah pengetahuan dan wawasannya. Selain itu, buku pengayaan juga dapat digunakan oleh tenaga pendidik dan kependidikan, komite sekolah, atau masyarakat lainnya. Buku pengayaan masih jarang yang ditulis dengan memiliki ciri-ciri sebagai buku yang memiliki kelayakan untuk digunakan di sekolah.
Buku pengayaan dapat diidentifikasi karakteristiknya berdasarkan dominasi materi/isi yang terdapat dalam buku tersebut. Apabila dalam buku tersebut lebih dominan memuat materi yang dapat memperkaya penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, dan menambah kekayaan wawasan akademik pembacanya, maka termasuk ke dalam buku pengayaan pengetahuan. Jika dalam buku terdapat bagian yang dominan memuat materi yang dapat memperkaya penguasaan keterampilan bidang tertentu maka termasuk ke dalam buku pengayan keterampilan. Demikian pula, jika sebuah buku memuat materi yang pada umumnya dapat memperkaya kepribadian atau pengalaman batin seseorang maka dinamakan buku pengayaan pengetahuan.
Dalam menulis buku pengayaan, kiranya perlu diketahui aspek-aspek yang harus diperhatikan, yaitu (1) aspek materi/isi buku pengayaan; (2) aspek penyajian materi/isi buku; dan (3) aspek kaidah bahasa dan ilustrasi. Pengenalan aspek-aspek yang diperhatikan, kriteria setiap aspek dan indikator setiap kriteria dapat membantu penulis dalam menuangkan karya menjadi buku pengayaan.
Daftar Kepustakaan
Duryatmo, Sardhi, Wirausaha Kerajinan Bambu, Puspa Swara, Jakarta, 2000.
Fachrudin, Lisdiana, Membuat Aneka Manisan, Kanisius, Yogyakarta,1998.
Muharnanto dan Aryastyani, Ria, Aneka Cetakan Lilin Hias, Puspa Swara, Jakarta, 2001.
Nelson G.C, Ceramics a Potter's Handbook, Holt, Reinhart and Winston Inc, New York, 1971.
Pusat Perbukuan (2003) Pedoman Klasifikasi Buku Pendidikan. Jakarta; Pusat Perbukuan Depdiknas.
R.A. Razak, Industri Keramik, P.N. Balai Pustaka, Jakarta, 1981.
Rasjoyo, Pendidikan Seni Rupa Untuk SMU kelas I, Erlangga, Jakarta, 1994.
Rhodes D., Clay and Glazes for the Potter, Chilton Book Company, Philadelphia, 1968.
Riyanto, Didik, Proses Batik: Batik Tulis-Batik Cap Batik Printing,CV.Aneka, Solo, 2002.
Robertson, JB., Keterampilan Teknik Listrik Praktis, Yrama Widya, Bandung, 2003.
Sahman, Humar, Mengenali Dunia Seni Rupa, Tentang Seni, Karya Seni, Aktivitas Kreatif, Apresiasi, Kritik dan Estetika, IKIP Semarang Press, Semarang, 1993
Sigar, Edi dan Ernawati, Buku Pintar Makanan, PT. Aksara Media Agung, Jakarta, 1993.
Soemarjadi dkk., Pendidikan Keterampilan, Depdikbud-Dirjendikti, Jakarta, 1991-1992.
Soemarjadi, Paket BelajarIKIP/FKIP:PengetahuanTeknologiKeramik I, P2LPT& Ditjen Dikti Departemen P dan K, Jakarta, 1985.
Sulistyowati, Retno, 20 Kreasi Rangkaian Bungan Kering dari Kulit Jagung, Puspa Swara, Jakarta, 2001.
Sumarah Adhyatman, Kendi, Himpunan Keramik Indonesia, Jakarta, 1987.
_______________, Tempayan di Indonesia, Jakarta: Himpunan Keramik Indonesia, 1984.
Supriadi, Dedi (2001) Anatomi Buku Sekolah di Indonesia. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Suprapti, M. Lies, Membuat Aneka Olahan Nanas, Puspa Swara, Jakarta, 2001.
____________, Bandeng Asap, Kanisius, Yogyakarta, 2002.
Suradi, A. Prayitno, Membuat Aneka Barang Kerajinan Cideramata, Humaniora Utama Press, Bandung, 1999.
Yosalfa. Memperbaiki TV dan Radio, Puspa Swara, Jakarta, 2000
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.
UNESCO (2003) School Library. [On Line]. Tersedia.
http://www.ifla.org.sg/VII s11/pubs. [10 Agustus 2003]